Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mempromosikan kekayaan budaya dan kesenian tradisional sebagai salah satu atraksi kepariwisataan setempat melalui pementasan tarian rakyat, kuda lumping atau biasa juga disebut sebagai jatilan.

"Seperti yang kemarin dilakukan dengan mengirimkan tim kesenian kuda lumping di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. Itu kesempatan yang baik bagi Kabupaten Magelang karena selain melestarikan seni tradisi juga mempromosikan seni budaya sebagai kegiatan pariwisata Kabupaten Magelang," kata Kepala Bidang Kesenian dan Nilai-Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Achmad Husein di Magelang, Senin.

Ia mengatakan pementasan kuda lumping dari Kabupaten Magelang di TMII Jakarta itu, juga dalam rangka melaksanakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Fungsi Anjungan Daerah di TMII.

Selain itu, katanya, atas undangan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo guna memeriahkan Pentas Duta Seni di TMII Anjungan Jawa Tengah.

Ia mengatakan masyarakat desa-desa, terutama di kawasan Pegunungan Menoreh Kabupaten Magelang, menghidupi kesenian kuda lumping. Kabupaten Magelang meliputi 21 kecamatan.

Tarian tersebut, antara lain dipentaskan dalam acara-acara hajatan masyarakat desa, pelaksanaan adat dan tradisi desa, serta dipentaskan di beberapa objek wisata di daerah yang dikelilingi lima gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) itu.

Dalam kesempatan pementasan kesenian kuda lumping di TMII tersebut, Disparbud Pemkab Magelang mengirim para seniman rakyat dari Sanggar Sekar Diyu Dusun Tingal Wetan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, sekitar 700 meter timur Candi Borobudur.

Tim kesenian kuda lumping Sekar Diyu itu, berjumlah sekitar 40 orang, antara lain para penari dan penabuh alat musik yang berupa gamelan.

Pementasan kuda lumping dari kawasan Candi Borobudur tersebut, katanya, mendapatkan sambutan yang antusias dari penonton, termasuk sekitar 700 warga berasal dari Magelang yang tinggal di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

"Peguyuban wong Magelang se-Jabodetabek juga menyaksikan pementasan kuda lumping yang kami kirim," katanya.

Ia menjelaskan tentang pesan nilai budaya yang disajikan melalui tarian kuda lumping yang berupa tari olah keprajuritan itu.

"Bahwa menjadi pemimpin tidak mudah, harus mampu melawan hawa nafsu, tidak sombong, dan tidak serakah. Hanya dengan perjuangan yang sungguh-sungguh tujuan kepemimpinan bisa tercapai bagi kemakmuran masyarakat luas," katanya.

Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024