Purbalingga (ANTARA) - Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsosdalduk KBP3A) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah menargetkan 70,48 persen keluarga berisiko stunting terbina melalui pendampingan Tim Pendamping Keluarga (TPK) hingga akhir 2030.
“Target ini menjadi salah satu indikator utama dalam program bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana tahun 2025–2030. Untuk mencapainya, setiap TPK harus aktif melakukan pendampingan, pencatatan, dan pelaporan minimal 25 kali sesuai arahan Kementerian Dalam Negeri,” kata Sekretaris Dinsosdalduk KBP3A Kabupaten Purbalingga Juvinal Da Cruz Soares di Purbalingga, Selasa.
Oleh karena itu, Dinsosdalduk KBP3A Purbalingga menggelar kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga dengan tujuan memperkuat kemampuan pendamping dalam melakukan pembinaan keluarga berisiko stunting agar pendampingan berjalan lebih optimal.
Menurut dia, TPK merupakan garda terdepan dalam upaya mencegah dan mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga.
“Saya berharap kegiatan hari ini (11/11) dapat menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam melakukan pendampingan keluarga,” katanya.
Dia mengatakan pendampingan keluarga menjadi kunci pencegahan stunting yang efektif karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang memastikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak terpenuhi, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan.
Menurut dia, TPK berfungsi sebagai penghubung antara program pemerintah dan keluarga berisiko dengan peran penting dalam penyuluhan, fasilitasi layanan rujukan, bantuan sosial, serta deteksi dini faktor risiko stunting.
“Saat ini di Purbalingga terdapat 769 Tim Pendamping Keluarga dengan total 2.304 anggota yang tersebar di seluruh desa dan kelurahan di 18 kecamatan,” katanya.
Ia mengharapkan jumlah tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kinerja TPK dalam menurunkan prevalensi stunting.
Menurut dia, empat fokus utama rencana aksi TPK ke depan, yakni peningkatan kapasitas melalui pelatihan berbasis bukti terkini, penguatan kolaborasi lintas sektor, pemanfaatan teknologi informasi untuk pelaporan waktu nyata (real time), serta peningkatan partisipasi keluarga dan komunitas.
“Tugas kita bukan hanya mendampingi, tetapi juga menggerakkan keluarga agar sadar pentingnya gizi, kesehatan, dan perawatan anak. Dengan begitu, penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga dapat berjalan lebih maksimal,” kata Juvinal.
Baca juga: Kejuaraan Tarkam Kemenpora 2025 hidupkan semangat olahraga

