Solo (ANTARA) - Alumni Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Yuliani Setiawati, S.Pd., sukses menciptakan camilan sehat dari bahan bekatul.
Melalui bisnis Dbroo Kitchen, Yuliani di Solo, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan sampai dengan saat ini berhasil mengembangkan bisnisnya hingga tersebar lebih dari 25 pusat oleh-oleh di Solo dan Jogja.
Ia mengatakan bisnisnya tersebut dimulai sejak tahun 2020, tepat setelah ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan sebelumnya di perbankan yang telah dijalani selama tujuh tahun.
Pada saat itu, ia mencari cara untuk tetap menghasilkan uang dari rumah.
“Habis resign kan saya bingung mau ngapain, anak udah dua. Kalau cari kerja lagi udah umur juga. Jadi saya memutar otak untuk menghasilkan uang tapi dari rumah,” jelasnya.
Ia melanjutkan awalnya Dbroo Kitchen hanya berfokus menjual donat yang dititipkan di pasar-pasar, toserba, dan toko susu segar. Namun, tiga bulan berjalannya usaha, pandemi COVID-19 melanda.
“Titipan di toko-toko kami hentikan, lalu beralih ke online lewat Instagram dan WhatsApp. Kami juga tambah menu, ada brownies, pempek, cake, puding dan rujak aceh,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan bisnisnya berasal dari inovasinya yang menghadirkan egg roll berbahan bekatul, camilan sehat yang dapat dikonsumsi semua usia. Ide ini muncul dari kolaborasi unik dengan tetangga dan rekannya.
“Ada tetangga yang bisa bikin egg roll, dan ada teman yang nawarin kerja sama susu katul. Saya mikir, susu katul kalau cuma dikonsumsi gitu aja rasanya kurang enak,” ujarnya.
Yuli mengungkapkan menu ini mulai dipasarkan pada tahun 2022 khusus untuk edisi hampers lebaran.
“Awalnya kami masih khusus edisi Lebaran. Ternyata respon masyarakat bagus,” paparnya.
Pada tahun yang sama, Yuli juga berhasil lolos dalam program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan memenangkan hadiah kemasan produk. Selain itu, ia juga meraih penghargaan dalam Industri Innovation Award 2022 dari Pemerintah Kota Surakarta.
“Saya awalnya ikut lomba iseng, tapi ternyata bisa lolos. Dari situ malah ketagihan ikut inkubasi dan lomba lain,” katanya.
Tahun berikutnya, ia kembali menorehkan prestasi dengan memenangkan program Smeska dan mendapat hibah peralatan usaha senilai Rp5 juta.
Di balik kesuksesannya meraih berbagai macam penghargaan, Yuli mengatakan tantangan utama dalam bisnisnya adalah tidak adanya modal usaha karena ia berkomitmen untuk memulai usaha tanpa utang.
“Jadi bener-bener kami dari minus, jadi dari modal Rp5 juta kami jualan donat, kami sisihkan, kami tambah alat. Jadi bener-bener modal itu dari apa yang uang kami puter itu,” katanya.
Lebih lanjut, ia menuturkan kesadaran untuk menata usaha secara profesional muncul sejak tahun 2021 di bawah bimbingan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kota Surakarta. Yuli melengkapi seluruh legalitas bisnisnya, mulai dari Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, hingga HAKI untuk merek Dbroo Kitchen.
“Saya ingin usaha ini bisa jadi bisnis keluarga yang berkelanjutan, bukan sekadar jualan. Jadi semua sistemnya harus resmi dan tercatat,” ujar alumni Akuntansi itu.
Meski latar belakang pendidikannya di Pendidikan Akuntansi UMS, ilmu yang diperolehnya ternyata sangat bermanfaat dalam mengelola keuangan usaha. Yuli menerapkan sistem gaji harian bagi karyawan yang mayoritas ibu rumah tangga di sekitar rumahnya.
“Ilmu kewirausahaan dan budgeting yang dulu saya pelajari benar-benar kepakai. Saya belajar menghitung biaya, gaji, dan efisiensi produksi,” jelasnya.
Sebagai alumni UMS, Yuli menekankan pentingnya mental dan manajemen keuangan dalam berwirausaha. Ia mengungkapkan pernah merasakan kegagalan dalam berbisnis sebelumnya.
“Banyak orang mulai bisnis karena FOMO. Saya dulu juga begitu, sempat rugi besar waktu ikut franchise makanan viral. Dari situ saya belajar, jangan terjun kalau belum siap mental dan manajemen. Rezeki sudah ada yang mengatur,” pesannya.
Kini, Dbroo Kitchen telah memiliki puluhan reseller dan mitra toko oleh-oleh di Solo, Yogyakarta, hingga kerja sama dengan BULOG (Badan Urusan Logistik) dan jaringan Brownies Amanda di 25 cabang.

