Rembang (ANTARA) - Museum RA Kartini Rembang menggelar pameran temporer bertajuk “Ranjana Rembang”, yang berlangsung selama tiga hari, mulai 10-12 Oktober 2025, sekaligus untuk memperingati Hari Museum.
Pameran digelar di kompleks museum yang berada di jantung Kota Rembang, sebagai bagian dari upaya memperkuat peran museum sebagai ruang edukasi, pelestarian budaya, dan pembentukan identitas masyarakat.
Pameran ini digelar untuk menghidupkan kembali keterlibatan publik, khususnya generasi muda, dalam mengenal dan mencintai warisan budaya dan sejarah daerah. Kata “Ranjana”, yang berasal dari bahasa Sanskerta, mengandung arti kegembiraan, pesona, dan keindahan. Makna tersebut sengaja diangkat sebagai cerminan nilai-nilai yang ingin ditonjolkan dalam peringatan Hari Museum, yang setiap tahunnya diperingati di bulan Oktober.
Menurut Retna Diah Radityawati, Subkoordinator Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Rembang, Ranjana Rembang tidak hanya menghadirkan pameran budaya. "Namun juga menjadi momentum strategis untuk meneguhkan identitas kota Rembang, membangkitkan rasa bangga masyarakat terhadap budaya lokal, serta menciptakan ruang dialog kreatif antara warisan tradisi dan kehidupan modern," ujar dia.
Pameran ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor, melibatkan museum, komunitas ekonomi kreatif, media lokal, akademisi, serta sejumlah perguruan tinggi. Selain menampilkan artefak dan dokumentasi sejarah, pengunjung juga disuguhi serangkaian kegiatan edukatif dan interaktif.
Di antaranya adalah kelas tari tradisional, pelatihan membatik, workshop desain kebaya Kartini, seminar koleksi “Pawon Kartini”, serta diskusi bertema “Promosi Museum sebagai Wisata Budaya dalam Menghadapi Era 4.0”. Acara ditutup dengan lomba edukatif-kultural “Narasi Kartini dalam Pengelolaan Museum RA Kartini”, yang mendorong peserta menyampaikan gagasan kreatif mengenai masa depan museum.
Salah satu kegiatan yang menjadi sorotan adalah pemutaran film animasi berjudul “Trinil” yang merupakan karya kolaborasi museum dengan Pocung Studio yang menggambarkan karakter anak kecil yang bertanggung jawab, penyayang, dan gigih. Film ini dirancang sebagai sarana edukasi sejarah yang lebih mudah diterima oleh pelajar dan anak-anak, dengan pendekatan visual yang atraktif.
Retna menyampaikan bahwa upaya menyegarkan citra Museum RA Kartini juga menjadi tujuan utama dari kegiatan ini. Dengan inovasi dan pendekatan kreatif, museum diharapkan bisa tampil lebih hidup dan relevan, serta mampu bersaing dalam industri pariwisata budaya. Ia menambahkan bahwa peran media, komunitas, dan sektor wisata sangat penting untuk mendorong museum sebagai destinasi edukatif yang inspiratif.
Mendukung hal tersebut, Alifa Nur Fitri, M.I.Kom. Dosen Public Relations KPI FDK UIN Walisongo Semarang, dalam sesi seminar menjelaskan bahwa citra sebuah lembaga, termasuk museum, dibentuk oleh empat elemen: persepsi, kognisi, afeksi, dan motivasi. Menurutnya, citra bukan soal baik atau buruk, melainkan soal kesesuaian antara harapan publik dan realitas lembaga.
“Untuk mengubah citra museum, langkah pertama adalah mengubah persepsi terhadap museum itu sendiri,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa media sosial merupakan alat strategis dalam menyebarkan informasi sekaligus membangun citra museum secara cepat dan luas.
Kegiatan ini turut menghadirkan narasumber dari kurator Museum Ranggawarsita Semarang, Laela Nurhayati Dewi,S.S.,M.Hum. yang menyoroti pentingnya kolaborasi antarmuseum. Ia menyampaikan bahwa museum tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus membangun kemitraan strategis dengan sesama lembaga budaya, termasuk dalam pengembangan paket wisata terpadu bersama Museum Tiga Batik, Museum Nyah Lasem, dan museum lainnya di wilayah Pantura.
Data dari Dinbudpar Rembang menunjukkan bahwa Museum RA Kartini pernah mencatatkan lebih dari 25.000 kunjungan pada bulan April 2025, sebagian besar dari kalangan pelajar. Melalui program seperti Ranjana Rembang, diharapkan minat masyarakat terhadap museum semakin tumbuh, dan museum dapat menjadi ruang inspirasi yang terbuka bagi semua kalangan.
Pameran Ranjana Rembang terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi langkah awal dari lahirnya ruang-ruang apresiasi budaya yang lebih inklusif di Kabupaten Rembang. Momentum Hari Museum tahun ini dimaknai bukan hanya sebagai peringatan simbolis, tetapi sebagai ajakan nyata untuk merangkul kembali sejarah dan budaya sebagai bagian penting dari pembangunan identitas dan masa depan masyarakat.

