Solo (ANTARA) - Dua mahasiswa Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil meraih perak dan perunggu pada ajang International Students Multidisciplinary i-CAPS Competition 2025 yang berlangsung di Howard Johnson Hotel, Incheon, Korea Selatan, 19-22 Agustus.
Dua mahasiswa tersebut adalah Muh Adityo Rivalta dari Program Studi Teknik Mesin yang meraih Silver Prize Award serta Mentari Putri Maharani dari Program Studi Teknik Sipil yang berhasil memperoleh Bronze Prize Award. Pada kesempatan tersebut, kedua mahasiswa didampingi oleh dosen pembimbing Prof. Mochamad Solikin, Ph.D. dan Ir. Rois Fatoni, Ph.D.
Ajang i-CAPS Competition 2025 diikuti oleh mahasiswa dari enam negara, yakni Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Vietnam. Kompetisi ini menekankan kolaborasi lintas universitas serta negara dalam menciptakan proyek teknologi inovasi yang berlandaskan tema Innovation Meets Tradition.
Dalam ajang ini, Rivalta bersama timnya yang terdiri dari mahasiswa ITB dan Jeju University mengembangkan vending machine jamu berbasis akal imitasi (AI). Mesin ini tidak hanya menyediakan jamu tradisional tetapi juga dilengkapi dengan sistem rekomendasi AI yang dapat menyesuaikan jenis jamu dengan kondisi tubuh pengguna.
Inovasi ini diharapkan dapat memperkenalkan jamu ke kancah global, terutama di bandara internasional sebagai ikon tradisi kesehatan Indonesia.
“Pengalaman paling berharga adalah kesempatan kolaborasi lintas negara. Kami belajar banyak dari perbedaan sudut pandang, budaya, dan cara penyelesaian masalah,” kata Rivalta, Senin.
Sementara itu, Mentari berkolaborasi dengan mahasiswa ITB dan Chungnam National University, Korea Selatan, mengembangkan Aqua Spare, Seaweed Monitoring System.
Alat ini menggunakan sensor temperatur, salinitas, dan kamera bawah laut yang terintegrasi dengan website untuk memantau kondisi rumput laut. Inovasi ini menjadi solusi bagi para petani rumput laut agar dapat melakukan pemantauan tanpa harus turun langsung ke laut, sehingga lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan risiko.
Mentari menilai ajang ini sebagai pengalaman berharga di dalam hidupnya.
“Tantangan terbesar adalah menjaga komunikasi tim lintas negara selama enam bulan. Namun alhamdulillah, kerja keras kami terbayar dengan hasil yang memuaskan,” katanya.
Kompetisi ini merupakan rangkaian panjang yang dimulai sejak Februari 2025 di Vietnam. Pada tahap awal, peserta mendapatkan pembekalan dari profesor internasional dan membentuk tim lintas universitas. Selanjutnya, diskusi dan pengembangan prototype dilakukan secara daring selama enam bulan hingga akhirnya dipresentasikan di Korea Selatan.
Kedua mahasiswa itu menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan penuh yang diberikan UMS dan Fakultas Teknik. Seluruh kebutuhan, mulai dari akomodasi, riset, hingga pembuatan visa ditanggung oleh kampus.
“UMS sangat mendukung kami sejak tahap awal di Vietnam hingga presentasi di Korea. Dukungan ini menjadi motivasi besar untuk memberikan hasil terbaik,” katanya.
Sebagai pencapaian perdana UMS dalam ajang i-CAPS, baik Rivalta maupun Mentari berharap agar UMS terus berpartisipasi dalam kompetisi internasional di tahun-tahun mendatang.
“Semoga UMS dapat mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi ini, sehingga nama UMS makin dikenal di dunia internasional,” pungkas Rivalta.

