Purwokerto (ANTARA) - Perum Bulog Cabang Banyumas memastikan penyaluran bantuan pangan alokasi Juni dan Juli 2025 di wilayah Banyumas Raya, Jawa Tengah, yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara sudah mencapai 100 persen.
"Secara administrasi dan pengeluaran dari gudang sudah selesai. Penyaluran berjalan lancar, dan insyaallah telah diterima semua masyarakat," kata Pemimpin Cabang Bulog Banyumas Prawoko Setyo Aji di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan penyaluran terakhir untuk wilayah Kabupaten Banyumas dilakukan di Kecamatan Pekuncen pada Kamis (31/7).
Menurut dia, warga menyambut bantuan pangan tersebut dengan antusias karena sudah enam bulan tidak menerima bantuan sejenis.
"Banyak warga yang berharap program ini berlanjut di masa mendatang," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan volume beras yang disalurkan Bulog Banyumas sebagai bantuan pangan alokasi bulan Juni dan Juli 2025 mencapai 12.076,52 ton yang berasal dari cadangan pangan pemerintah.
Menurut dia, beras cadangan pangan pemerintah itu telah disalurkan secara merata kepada 603.826 keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh wilayah Banyumas Raya, masing-masing KPM menerima sebesar 20 kilogram.
Seiring tuntasnya penyaluran bantuan pangan, ia mengatakan Bulog Banyumas kini mengalihkan fokus ke program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebagai upaya menekan gejolak harga beras menjelang masa panen yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir Agustus 2025.
"Beras SPHP ini dikombinasikan dengan bantuan pangan agar harga beras di pasaran tetap terjangkau. Beras SPHP kita sebar ke pengecer pasar tradisional dan 'outlet' resmi," katanya, menjelaskan.
Ia mengakui distribusi beras SPHP sempat dihentikan setelah momentum Lebaran 2025 dan kembali dibuka mulai bulan Juli.
Sepanjang Januari hingga Lebaran 2025, katanya, Bulog Banyumas telah menyalurkan sekitar 1.400 ton beras SPHP.
Sementara pada Juli 2025, lanjutnya, Bulog Banyumas telah menggelontorkan 34 ton beras SPHP ke berbagai pasar, termasuk Pasar Wage dan Pasar Manis, Purwokerto.
"Penjualan SPHP wajib mengikuti harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp12.500 per kilogram, namun pengecer diperbolehkan menjual di bawah harga tersebut. Konsumen juga dibatasi maksimal dua kantong (10 kilogram) per pembelian demi pemerataan," katanya.
Menurut dia, Bulog juga bekerja sama dengan outlet BUMN seperti PT Pos Indonesia, ID Food, dan PPI, serta koperasi Kodim dan Polres guna memperluas akses masyarakat terhadap beras SPHP.
Ia mengatakan berdasarkan monitoring di lapangan bersama aparat kepolisian, harga beras medium di pasaran Banyumas Raya berada di kisaran Rp13.000–Rp14.000 per kilogram, sehingga beras SPHP menjadi alternatif termurah.
Ia mengatakan telah memastikan stok beras untuk SPHP di wilayah Banyumas Raya saat ini masih sangat mencukupi karena dari sisi pengadaan hingga akhir Juli, Bulog telah menyerap 63.978 ton setara beras.
Bahkan hingga saat ini, ujar dia, Bulog Banyumas setiap harinya masih menyerap gabah berkisar 50-170 ton per hari karena ada area persawahan yang panen meskipun sporadis.
"Tidak perlu khawatir, stok kita aman. Penyaluran akan terus dimasifkan, termasuk melalui Rumah Pangan Kita (RPK)," katanya, menegaskan.
Dalam menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi, ia mengatakan Bulog juga bersinergi dengan Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah Banyumas Raya.
Ia mengatakan salah satu bentuk kolaborasi tersebut berupa pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai titik strategis.
"Langkah ini diharapkan bisa menekan inflasi daerah agar tetap dalam target nasional sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen," kata Prawoko.
Baca juga: Bulog Banyumas optimistis serapan gabah-penyaluran CPP capai target

