Boyolali (ANTARA) - Forum on Indonesia Sustainable Rice (FISR) 2025 mengajak peserta mengunjungi sawah low carbon dengan kualitas padi lebih baik dan hemat biaya di Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Lead Project Manager Proyek Low Carbon Rice Angga Maulana, Rabu mengatakan dengan menggarap sawah low carbon maka kualitas padi makin meningkat dan lebih hemat biaya.
Menurut dia, dengan cara ini lingkungan selamat dan ketersediaan pangan aman mengingat dengan sistem ini dapat mengurangi efek gas karbon.
Selain itu, sistem pertanian ini juga lebih efisien dengan produktivitas meningkat.
“Salah satunya dengan memanen air dan pemupukan yang sesuai kebutuhan, dapat mengurangi emisi metan hingga 50 persen,” katanya.
Ia mengatakan pertanian rendah karbon ini harus dimulai dari sekarang untuk menyelamatkan bumi. Oleh karena itu, pihaknya mulai mengembang sistem pertanian dadi hulu hingga hilir yang rendah karbon.
Cara yang dilakukan dengan pola tanam tepat serta penggunaan air dan pupuk kimia sesuai kebutuhan tanah dan tanaman.
Dengan begitu, petani dapat mengurangi biaya produksi namun tidak mengganggu produktivitas padi.
“Dengan efisiensi biaya hingga 15 persen, namun kualitas padinya malah lebih baik. Beras pecah dari sistem pertanian ini lebih sedikit,” katanya.
Sementara itu, pada program low carbon tersebut petani dibekali bibit unggul, teknik penanaman dengan sistem jajar legowo 2:1, penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, dan sawah yang tidak digenangi selama proses tanam.
Sedangkan untuk sektor penggiling padi juga didorong migrasi ke penggerak dinamo.
Dia menyebut saat ini sudah ada 100 penggilingan padi di Solo Raya yang mengganti penggerak diesel ke dinamo.
“Dampaknya kualitas beras lebih baik dan efisiensi biaya penggilingan bisa dihemat hingga 40 persen,” katanya.
Sementara itu, pendamping petani Nana Suharto mengatakan selama ini petani hanya fokus dengan pertumbuhan padi dengan penggunaan pupuk kimia. Padahal, masih banyak unsur lain agar tanaman padi menghasilkan gabah yang berkualitas.
“Petani tidak pernah menambahkan unsur mikronya untuk memperkuat akar dan batang,” katanya.
Petani belum menambahkan unsur-unsur seperti mangan, silika, dan unsur lain ketika padi memasuki fase generatif.
“Nah ini kita dampingi agar petani mendapatkan hasil maksimal,” katanya.
Acara tersebut dihadiri oleh peserta dari petani, penggiling padi, pelaku usaha, sektor swasta, startup, akademisi, pemerintah, hingga konsumen.
Sebelumnya, FISR 2025 diselenggarakan di Alila Hotel Surakarta, Selasa. Forum ini menjadi wadah bagi para pihak untuk kian aktif terlibat dan berkolaborasi dalam mewujudkan sistem perberasan yang lebih berkelanjutan dan rendah emisi karbon di Indonesia.
FISR 2025 diselenggarakan oleh konsorsium pelaksana Proyek Low Carbon Rice yang terdiri dari Preferred by Nature, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) dengan dukungan Uni Eropa melalui SWITCH Asia Grants Programme.
FISR 2025 menjadi momentum penting dalam mengonsolidasikan upaya lintas sektor menuju transformasi sistem pangan yang inklusif, resilien, dan rendah emisi.
Sesi-sesi diskusi sepanjang hari pertama forum mencakup topik-topik strategis seperti pembangunan pertanian berkelanjutan di negara berkembang, adopsi praktik budidaya padi rendah emisi, peran rantai pasok dalam kebijakan beras berkelanjutan, hingga pentingnya kebijakan yang inklusif.
Seluruh diskusi ini bertujuan untuk membuka jalan menuju sistem produksi dan distribusi beras yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim, efisien dalam sumber daya, serta adil bagi seluruh pelaku.
Acara juga menampilkan pembelajaran dari proyek Low Carbon Rice yang telah membangun kemitraan sepanjang rantai pasok mulai dari pelibatan petani, penggilingan padi, hingga restoran di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Salah satu capaian utama dari proyek ini adalah transisi penggilingan padi dari bahan bakar diesel ke listrik, yang tidak hanya menurunkan emisi karbon hingga 15 persen tetapi juga mengurangi biaya operasional sebesar 40 persen.

