Solo (ANTARA) - Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) menyoroti polemik kekerasan seksual pada perempuan dan anak di ranah digital yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum GAMKI Sahat Martin Philip Sinurat pada Rapimnas dan Rakernas dengan mengusung tema Asta Cita dan Generasi Emas Indonesia, langkah kecil untuk cita-cita besar di The Sunan Hotel Solo, Jawa Tengah, Jumat.
“GAMKI melihat masih banyak terjadi kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Pelecehan terhadap perempuan maupun anak yang tidak hanya di ruang-ruang yang ada perjumpaan nyata tetapi juga di ruang digital,” katanya.
Oleh karena itu, menurut dia perlu diberikan edukasi dan juga sosialisasi untuk bagaimana masyarakat bisa mencegah adanya kekerasan-kerasan terhadap perempuan dan anak di ruang digital.
Terkait hal itu, dikatakannya, GAMKI memiliki program gerakan advokasi yang bertujuan untuk mengedukasi perempuan dan anak, serta melakukan perlindungan pada kasus kekerasan seksual.
“Gerakan advokasi berkaitan dengan membuat pelindungan dan advokasi perempuan, anak dan hukum, serta membuat LBH (Lembaga Bantuan Hukum) GAMKI,” katanya.
Tema lain yang juga dibahas dalam Rakernas tersebut adalah upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM), melakukan evaluasi program-program kerja yang dilakukan GAMKI selama beberapa tahun yang lalu, serta menentukan rencana Rakernas tahun depan.
“Kami membuat tema ini karena yang pertama kami mendukung program pembangunan asta cita yang dicanangkan oleh Bapak Prabowo dan Mas Gibran, yang kedua program asta cita tersebut sangat berkaitan erat dengan masa depan generasi emas kita,” katanya.
Terkait hal itu, pihaknya optimistis ketika SDM ini bisa dipersiapkan dengan baik maka cita-cita Indonesia Emas akan tercapai.
“Tapi jika SDM ini tidak bisa kami siapkan maka kami masih kesulitan mencapai target pembangunan di 2045,” katanya.
Sahat mengatakan GAMKI mendukung penuh program Asta Cita Prabowo-Gibran, serta ingin menjadi mitra pemerintah.
“Kami mendukung secara penuh program pembangunan pemerintah dan tentunya mengetahui isu-isu apa, persoalan-persoalan apa yang terjadi di daerah, sehingga di momen ini kami ingin memberi masukan, memberikan aspirasi kepada pemerintah agar tidak hanya membuat program itu sebatas jargon, tapi bagaimana mendaratkannya juga sampai ke pelosok-pelosok daerah. Kami ingin menjadi mitra yang kritis dan juga mitra strategis pemerintah,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Surakarta Respati Ardi berpesan agar GAMKI membuat program yang baik dengan memperjuangkan hak-hak masyarakat. Selain itu, juga menjadi pendukung dan akselerator untuk bisa tercapainya program sampai ke bawah.
“Termasuk ikut memperjuangkan Koperasi Desa Merah Putih, sekolah rakyat, MBG, dan program-program nasional lainnya. Harapannya bisa mendukung dan mengakselerasi tercapainya program sampai bawah,” katanya.
Sementara itu, kegiatan yang berlangsung mulai 29 Mei-1 Juni diikuti oleh sebanyak 300 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

