Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meminta seluruh sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk memastikan kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler sebagai salah satu langkah mencegah kenakalan remaja di wilayah itu
"Anak-anak yang terlibat di OSIS dan organisasi-organisasi ekstrakurikuler kami masifkan kembali," katanya, dalam pernyataan di Semarang, Rabu.
Dengan kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler yang masif di sekolah, kata dia, bertujuan agar siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan positif.
Menurut dia, kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS menjadi salah satu upaya untuk memberikan ruang aktualisasi bagi para siswa.
Sebab, kata mantan Kapolda Jateng itu, anak-anak usia SMA/SMK merupakan masa pubertas yang memiliki banyak energi.
Energi berlebih itu, lanjut dia, justru harus diarahkan dan disalurkan dengan baik sehingga perlu difasilitasi dengan baik oleh pemangku kebijakan terkait, termasuk pemerintah melalui sekolah.
"Masifkan kembali belajar-mengajar dengan pola asuh yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Komponen-komponen lain juga harus di-'review', agar benar-benar dapat memberikan ruang aktualisasi kepada anak-anak usia sekolah," katanya, di sela lawatannya di Jakarta.
Kalaupun ada anak yang menyimpang, kata dia, perlu dilakukan dengan pembinaan dengan baik karena di sekolah ada guru bimbingan konseling (BK) yang bertugas memberikan konseling.
"Kalau dia (siswa, red.) melakukan pelanggaran, sudah ada ketentuannya. Kalau di bawah umur, dia di bawah pembinaan kami. Kalau dia melakukan tindak pidana ya kami pidana sesuai dengan hukum yang berlaku," pungkas Luthfi.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen juga menyampaikan bahwa perlu dilakukan pembinaan berbasis karakter terkait masih adanya kasus gangster yang melibatkan anak-anak di bawah umur.
"Kenakalan remaja ini masih timbul-tenggelam, kumat-kumatan. Dan yang sekarang muncul ini, banyak anak di bawah usia yang hanya ikut-ikutan," katanya, saat Halal Bihalal dan Harlah ke-79 Muslimat NU Kota Semarang, Sabtu (17/5) lalu.
Sebagai solusi, ia menggagas pendekatan berbasis pendidikan karakter, seraya menyebutkan jika pendekatan kreatif tak lagi mempan maka anak-anak tersebut bisa difasilitasi untuk belajar di pesantren atau "boarding school".
Bahkan, di Jateng sedang dijalankan program Kecamatan Berdaya yang tidak hanya menyasar perempuan, anak, dan penyandang disabilitas, tapi juga mencakup anak-anak zilenial.
Sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas organisasi dalam upaya membina generasi muda dan menjaga ketahanan sosial masyarakat.
"Kami rangkul semua elemen, termasuk Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, Aisyiyah, semua kami beri ruang," katanya.