Solo (ANTARA) - Kelompok tari Moncar Iswara menggelar Opera Bakdan Neng Solo 2025 di Halaman Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis (3/4).
Pimpinan Produksi Esha Karwinarno di Solo, Jawa Tengah, Jumat mengatakan opera yang akan dibawakan tersebut berjudul Cinta di Bawah Rembulan.
Ia mengatakan cerita tersebut terinspirasi dari karya sastra Anak Bajang Mengayun Rembulan karya Romo Sindhunata.
Kisah Cinta di Bawah Rembulan mengangkat perjalanan hidup Sukrosono, seorang anak bajang yang terlahir sebagai raksasa dengan wajah mengerikan tetapi berhati mulia.
Dalam keterbuangannya, Sukrosono menunjukkan kesetiaan dan pengabdian yang tulus kepada saudaranya Sumantri hingga mengorbankan nyawanya demi kehormatan dan kesejahteraan sang saudara.
"Kisah ini tidak hanya menyuguhkan narasi klasik yang menggugah tetapi juga menyampaikan pesan tentang pengorbanan, cinta, dan kesetiaan yang tak terbatas," katanya.
Sementara itu, Moncar Iswara terdiri dari pelajar, mahasiswa, akademisi seni, serta seniman Kota Solo.
Ia mengatakan kelompok tari ini terus berkomitmen mengembangkan seni tradisi dengan pendekatan kreatif yang tetap mengedepankan nilai luhur budaya bangsa.
"Sejak 2015 kelompok ini secara konsisten dipercaya oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menggelar Opera Bakdan Neng Solo.
Opera ini memang jadi bagian dari tradisi mudik Lebaran di Kota Solo," katanya.
Totalnya ada lebih dari 100 seniman, termasuk penari, teaterawan, dalang, pengrawit, serta tim artistik dan produksi dari berbagai disiplin seni budaya di Kota Solo.
Ia mengatakan pergelaran kolosal tersebut dipersembahkan untuk seluruh lapisan masyarakat.
"Kami mengemasnya dalam seni yang megah namun mudah dipahami. Dialog menggunakan Bahasa Indonesia agar dapat dinikmati para penonton dari berbagai daerah," katanya.
Bertindak sebagai sutradara, yakni Agung Kusumo Widagdo, penulis naskah Budi Bodot Riyanto, asisten sutradara Dwi Suryanto dan Yogi Swara Manitis Aji.
Selain itu, koreografer Dorothea Quin Haryati dan Thimoteus Dewa Dharma, asisten koreografer Nur Diatmoko, komposer Pandu Gandang Sasongko, kostum desainer Suprapto Hadi Winata, pimpinan produksi Esha Karwinarno, desain panggung Muhammad Arif Wijayanto, artistik Wawan Artistika, dan lighting designer Jagad.