Iran ajak Pemkot Semarang kerja sama kota kembar
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Republik Iran mengajak Pemerintah Kota Semarang untuk bekerja sama program "sister city" (kota kembar) dalam bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Senin, mengaku sudah bertemu dan berdialog langsung dengan Wakil Presiden Republik Islam Iran Ensieh Khazali di Jakarta.
Dalam pertemuan yang berlangsung belum lama ini, ia mengatakan bahwa Wapres Iran tertarik dengan berbagai program yang dilakukan Pemkot Semarang dalam penanganan stunting/tengkes dan pemberdayaan perempuan.
Menurut dia, kerja sama "sister city" itu merupakan turunan dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia, diwakili Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan Pemerintah Iran.
"Kementerian PPPA sudah tanda tangan MoU kerja sama dengan pemerintah Iran, di situ kemudian hadir Wakil Presiden Iran untuk urusan perempuan yang menunjuk kota untuk dijadikan 'sister city'," kata Ita, sapaan akrabnya.
"Dari turunan MoU Pemerintah Iran dengan Pemerintah Indonesia melalui yang Kementerian PPPA, akhirnya salah satu yang ditunjuk menjadi 'sister city' adalah Kota Semarang," katanya.
Ita mengatakan bahwa pada pertemuan dengan Wapres Iran telah mengenalkan potensi Kota Semarang, baik dari kondisi demografis maupun program-program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
"Saat diskusi itu kan ditanya terkait dengan luasnya Kota Semarang, kemudian berapa jumlah penduduknya, perempuannya berapa, kemudian kami sudah menyampaikan banyak program terkait perempuan dan anak," katanya.
Beberapa program terbukti menambah ketertarikan Wapres Iran untuk menjadikan Kota Semarang sebagai "sister city" seperti Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) untuk penanganan kekerasan perempuan dan perlindungan anak.
Kemudian, Program Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta (Rumah Pelita) untuk penanganan stunting, sekaligus program pemberdayaan perempuan, kerajinan, dan UMKM.
"Wapres (Iran) tertarik akhirnya akan dilakukan penandatanganan 'sister city' di Kota Yazd. Pemerintah kota diminta untuk mengirimkan 'profile' dari Kota Semarang, khususnya terkait dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak itu," katanya.
"Nanti akan ditindaklanjuti dan akan diundang ke Kota Yazd," pungkas Ita.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Senin, mengaku sudah bertemu dan berdialog langsung dengan Wakil Presiden Republik Islam Iran Ensieh Khazali di Jakarta.
Dalam pertemuan yang berlangsung belum lama ini, ia mengatakan bahwa Wapres Iran tertarik dengan berbagai program yang dilakukan Pemkot Semarang dalam penanganan stunting/tengkes dan pemberdayaan perempuan.
Menurut dia, kerja sama "sister city" itu merupakan turunan dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia, diwakili Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan Pemerintah Iran.
"Kementerian PPPA sudah tanda tangan MoU kerja sama dengan pemerintah Iran, di situ kemudian hadir Wakil Presiden Iran untuk urusan perempuan yang menunjuk kota untuk dijadikan 'sister city'," kata Ita, sapaan akrabnya.
"Dari turunan MoU Pemerintah Iran dengan Pemerintah Indonesia melalui yang Kementerian PPPA, akhirnya salah satu yang ditunjuk menjadi 'sister city' adalah Kota Semarang," katanya.
Ita mengatakan bahwa pada pertemuan dengan Wapres Iran telah mengenalkan potensi Kota Semarang, baik dari kondisi demografis maupun program-program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
"Saat diskusi itu kan ditanya terkait dengan luasnya Kota Semarang, kemudian berapa jumlah penduduknya, perempuannya berapa, kemudian kami sudah menyampaikan banyak program terkait perempuan dan anak," katanya.
Beberapa program terbukti menambah ketertarikan Wapres Iran untuk menjadikan Kota Semarang sebagai "sister city" seperti Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) untuk penanganan kekerasan perempuan dan perlindungan anak.
Kemudian, Program Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta (Rumah Pelita) untuk penanganan stunting, sekaligus program pemberdayaan perempuan, kerajinan, dan UMKM.
"Wapres (Iran) tertarik akhirnya akan dilakukan penandatanganan 'sister city' di Kota Yazd. Pemerintah kota diminta untuk mengirimkan 'profile' dari Kota Semarang, khususnya terkait dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak itu," katanya.
"Nanti akan ditindaklanjuti dan akan diundang ke Kota Yazd," pungkas Ita.