Pahami Matematika dengan kepekaan bilangan
Semarang (ANTARA) - Banyaknya peserta didik pada kelas awal yang belum memahami pengurutan bilangan, mengelompokkan bilangan, membandingkan bilangan dan pola bilangan, menjadikan Rohmawati memulai mengembangkan kepekaan bilangan dengan tujuan memudahkan mereka memahami konsep matematika.
Guru SD Negeri Genuksari 01, Kota Semarang yang juga sebagai Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini mengakui rendahnya pemahaman peserta didik, dikarenakan model pembelajaran yang cenderung monoton dan teoritis, kurang interaktif dan tidak menyenangkan, serta peserta didik kurang bisa mendapatkan manfaat dari model-model tersebut.
Kepekaan bilangan tersebut, kata Rohmawati, bisa dilatih dalam lima langkah, pertama merancang permainan matematika yang menarik dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
"Dalam merancang permainan ini saya dihadapkan tiga pilihan yaitu manipulatif matematika, permainan papan, atau permainan peran yang membutuhkan penggunaan bilangan. Kali ini saya menggunakan manipulatif matematika," kata Rohmawati.
Langkah kedua dengan menyediakan manipulatif matematika seperti blok bangunan, kancing, atau kartu angka untuk membantu peserta didik memvisualisasikan konsep bilangan.
"Melalui bermain dan memanipulasi objek fisik peserta didik dapat mengembangkan pemahaman numerasi secara nyata," katanya.
Ketiga yakni membuat stasiun kerja di kelas untuk menawarkan kegiatan bermain yang berfokus pada pengembangan kepekaan bilangan, seperti menghitung, membandingkan angka, atau memecahkan masalah matematika. Peserta didik dapat berputar di antara stasiun kerja ini dan bermain dengan materi yang relevan.
Langkah keempat memberikan umpan balik yang konstruktif, dimana peserta didik bisa bermain dan berinteraksi dengan materi numerasi, memberikan umpan balik yang konstruktif atau mengajak mereka untuk berpikir secara kritis, serta memberikan pujian atau dorongan ketika mereka berhasil memahami konsep atau menyelesaikan tugas matematika.
Terakhir sebagai langkah kelima yakni melibatkan orang tua agar memberikan dukungan numerasi anak-anak di rumah dengan menyediakan permainan matematika di rumah, melibatkan anak dalam kegiatan matematika sehari-hari.
Rohmawati menjelaskan dengan seluruh langkah tersebut berhasil menjadikan peserta didik mulai mengenali dan memahami hubungan antara bilangan, serta dapat menggunakannya dalam situasi sehari-hari.
"Persepsi peserta didik tentang matematika berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan, bukan yang sulit atau menakutkan. Peserta didik memperoleh pemahaman yang solid tentang konsep bilangan, pola, dan operasi matematika dasar, yang akan menjadi pondasi yang kokoh untuk pembelajaran matematika yang kompleks di tahap berikutnya," katanya.
Rohmawati menambahkan dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar di rumah hubungan antara anak dan orang tua menjadi lebih dekat, sekaligus orang tua bisa memantau perkembangan pembelajaran anak mereka.
Untuk jenis permainan bisa menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan pastikan permainan tersebut menawarkan kesempatan untuk berinteraksi dengan angka, manipulatif matematika, dan situasi nyata yang relevan.
"Penting mengintegrasikan matematika dalam kegiatan sehari-hari dengan melibatkan anak dalam aktivitas numerasi misalnya, menghitung jumlah mainan, membandingkan ukuran, atau mengidentifikasi pola-pola matematika di sekitar mereka," katanya.
Rohmawati menambahkan hal penting lainnya yakni membuat suasana yang menyenangkan dan positif saat bermain seperti menggunakan lagu, gerakan, dan warna yang menarik untuk membuat pengalaman belajar menjadi menyenangkan dan menggugah minat anak.
Guru SD Negeri Genuksari 01, Kota Semarang yang juga sebagai Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation ini mengakui rendahnya pemahaman peserta didik, dikarenakan model pembelajaran yang cenderung monoton dan teoritis, kurang interaktif dan tidak menyenangkan, serta peserta didik kurang bisa mendapatkan manfaat dari model-model tersebut.
Kepekaan bilangan tersebut, kata Rohmawati, bisa dilatih dalam lima langkah, pertama merancang permainan matematika yang menarik dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
"Dalam merancang permainan ini saya dihadapkan tiga pilihan yaitu manipulatif matematika, permainan papan, atau permainan peran yang membutuhkan penggunaan bilangan. Kali ini saya menggunakan manipulatif matematika," kata Rohmawati.
Langkah kedua dengan menyediakan manipulatif matematika seperti blok bangunan, kancing, atau kartu angka untuk membantu peserta didik memvisualisasikan konsep bilangan.
"Melalui bermain dan memanipulasi objek fisik peserta didik dapat mengembangkan pemahaman numerasi secara nyata," katanya.
Ketiga yakni membuat stasiun kerja di kelas untuk menawarkan kegiatan bermain yang berfokus pada pengembangan kepekaan bilangan, seperti menghitung, membandingkan angka, atau memecahkan masalah matematika. Peserta didik dapat berputar di antara stasiun kerja ini dan bermain dengan materi yang relevan.
Langkah keempat memberikan umpan balik yang konstruktif, dimana peserta didik bisa bermain dan berinteraksi dengan materi numerasi, memberikan umpan balik yang konstruktif atau mengajak mereka untuk berpikir secara kritis, serta memberikan pujian atau dorongan ketika mereka berhasil memahami konsep atau menyelesaikan tugas matematika.
Terakhir sebagai langkah kelima yakni melibatkan orang tua agar memberikan dukungan numerasi anak-anak di rumah dengan menyediakan permainan matematika di rumah, melibatkan anak dalam kegiatan matematika sehari-hari.
Rohmawati menjelaskan dengan seluruh langkah tersebut berhasil menjadikan peserta didik mulai mengenali dan memahami hubungan antara bilangan, serta dapat menggunakannya dalam situasi sehari-hari.
"Persepsi peserta didik tentang matematika berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan, bukan yang sulit atau menakutkan. Peserta didik memperoleh pemahaman yang solid tentang konsep bilangan, pola, dan operasi matematika dasar, yang akan menjadi pondasi yang kokoh untuk pembelajaran matematika yang kompleks di tahap berikutnya," katanya.
Rohmawati menambahkan dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar di rumah hubungan antara anak dan orang tua menjadi lebih dekat, sekaligus orang tua bisa memantau perkembangan pembelajaran anak mereka.
Untuk jenis permainan bisa menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan pastikan permainan tersebut menawarkan kesempatan untuk berinteraksi dengan angka, manipulatif matematika, dan situasi nyata yang relevan.
"Penting mengintegrasikan matematika dalam kegiatan sehari-hari dengan melibatkan anak dalam aktivitas numerasi misalnya, menghitung jumlah mainan, membandingkan ukuran, atau mengidentifikasi pola-pola matematika di sekitar mereka," katanya.
Rohmawati menambahkan hal penting lainnya yakni membuat suasana yang menyenangkan dan positif saat bermain seperti menggunakan lagu, gerakan, dan warna yang menarik untuk membuat pengalaman belajar menjadi menyenangkan dan menggugah minat anak.