Semarang (ANTARA) - Kelompok Tani (Poktan) Ayem Tenang Semarang menyebutkan bahwa penggunaan larutan biosaka yang dibuat sendiri sebagai ramuan penyubur tanaman membuat masa panen menjadi lebih cepat.
"Panen lebih cepet. Kalau tidak pakai biosaka kurang lebih tiga bulan, pakai biosaka 50 hari sudah siap panen," kata anggota Poktan Ayem Tenang Jaimin, di Semarang, Kamis.
Hal itu disampaikannya di sela kunjungan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk panen perdana padi berbiosaka yang ditanam Poktan Ayem Tenang di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Semarang.
Biosaka adalah gagasan dari Muhamad Anshar, petani asal Blitar, berupa ramuan larutan yang diramu dari minimal lima jenis tanaman seukuran satu genggaman tangan yang diperas dengan air.
Air hasil perasan ramuan dedaunan itulah yang dinamakan biosaka yang berperan sebagai elisitor yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman, sekaligus perlindungan berbasis ekologi.
"Biosaka itu saya tahu dari dinas (Dinas Pertanian), terus saya terapkan. Itu dari awal benih sampai panen, penyemprotannya tujuh kali. Pertumbuhannya jadi lebih bagus," katanya.
Untuk kapasitas produksi padi yang berbiosaka itu, Jaimin belum bisa menyebutkan karena baru saja dipanen dan masih dilakukan perhitungan, tetapi jika dilihat dari masa panen sudah terlihat bedanya.
"Kalau dilihat masa panen yang berbiosaka sama yang tidak kan terlihat jauh ya bedanya. Saya gunakan biosaka 14 mililiter untuk dicampur dengan air satu tangki, 15 liter," pungkasnya.
Ketua Poktan Ayem Tenang Zaenal Arifin mengakui bahwa manfaat biosaka sangat besar, yakni membuat tanaman lebih subur, sekaligus terhindar dari berbagai penyakit, terutama wereng.
"Pemupukannya sangat hemat. Dengan biosaka bentuk tanaman sudah subur dan kokoh, enggak perlu dipupuk lagi. Kecuali, pertumbuhan agak kurang, baru dipupuk," katanya.
Untuk bahan yang digunakan, para petani Poktan Ayem Tenang biasa menggunakan tanaman yang ada di sekitar, seperti berbagai jenis rumput segar untuk diramu menjadi cairan.
"Daerah (pertanian, red.) sini harus menggunakan rumput di daerah sini, tidak bisa dari daerah lain. Karena suplemen yang diserap tanaman bukan dari wilayahnya enggak bisa maksimal," katanya.
Zaenal menyebutkan kapasitas produksi gabah kering di Poktan Ayem Tenang rata-rata 6 ton per hektare, tetapi untuk panen berbiosaka itu masih dalam penghitungan karena panen masih berjalan.
"Belum ditimbang, baru sampel tadi. Beberapa hari lagi baru bisa. Poktan ini beranggotakan 30 petani dengan luasan areal pertanian 20 ha. Kalau pertanian satu Kelurahan Tambangan total 50 ha," pungkasnya.