Semarang (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang meminta pengkajian ulang terhadap pembangunan jalur alternatif yang menghubungkan kampus Universitas Diponegoro Semarang dengan kawasan Jangli Semarang.
Sekretaris Komisi C DPRD Kota Semarag Suharsono di Semarang, Rabu, menegaskan kajian harus dilakukan terlebih dulu sebelum pembangunan tahap kedua dilanjutkan karena sudah mengalami kerusakan, yakni ambles.
Ia menyebutkan pembangunan jalur alternatif Undip-Jangli menelan anggaran sebesar Rp50 miliar yang terbagi dalam dua tahap, yakni tahap pertama sudah rampung dengan anggaran sekitar Rp30 miliar.
""Tahun ini adalah lanjutan yang kedua. Tahun kemarin kan (anggarannya, red) sekitar Rp30-an miliar. Tahun ini sekitar Rp 20an miliar. Tahun ini anggaran lanjutan," katanya.
Menurut dia, kajian perlu dilakukan karena jalur yang sudah terbangun ternyata mengalami ambles pada beberapa titik sehingga dipastikan penyebab dan dicari solusinya agar tidak terulang.
Ia menjelaskan kendala yang dialami pada pembangunan jalur alternatif itu kemungkinan dari jenis tanahnya yang pada musim panas kondisinya kering, tetapi saat musim hujan menjadi lembek.
"Makanya, harus ada kajian dulu sebelum dilanjutkan (pembangunannya,red.), selesaikan persoalan yang kemarin ada, baru dilanjutkan. Kalau tidak, ya, siapapun kontraktornya kasihan, akan timbul permasalahan," katanya.
Semestinya, kata dia, ada teknologi yang menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) pasti sudah memahami jenis tanah tersebut dan bisa melakukan penanganan.
Yang jelas, ia menekankan bahwa harus ada tindakan nyata dan diselesaikan secepatnya karena anggaran yang dipakai cukup besar, apalagi jalan tersebut sangat strategis dan ditunggu masyarakat.
Selain itu, Suharsono juga meminta agar dinas-dinas terkait juga bisa meminta masukan kepada para pakar dari Undip untuk penanganan penyebab jalan ambles tersebut secara efektif.
Pemerintah Kota Semarang saat ini sedang mengkaji penyebab amblesnya beberapa titik di jalur alternatif yang menghubungkan kampus Universitas Diponegoro Semarang dengan kawasan Jangli yang baru saja dibangun.
"Hasil penelitian kemarin pada patahan yang terjadi di Jangli itu di bawahnya ada semacam lapisan tanah 'lempung' (tanah liat) sekian centimeter," kata Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin.
Lapisan semacam tanah liat itulah, kata dia, menyebabkan penurunan tanah yang membuat jalan menjadi ambles, dan saat ini masih menjadi kajian, termasuk bagaimana solusi terbaik yang akan dilakukan.