Semarang (ANTARA) - Politikus muda PDI Perjuangan Rahajeng Widyaswari bertekad mewujudkan Kota Semarang zero stunting (tengkes) dengan melibat ibu-ibu PKK dalam kegiatan bertajuk "Memasak dan Berbagi Makanan Sehat Penuh Gizi untuk Generasi Emas Indonesia".
"Pemerintah terlihat sangat serius mengupayakan penurunan angka prevalensi stunting mengingat penanganan tengkes ini menentukan masa depan bangsa," kata drg. Rahajeng Widyaswari kepada ANTARA di Semarang, Kamis malam.
Ajeng, sapaan akrab Rahajeng Widyaswari, memandang penting partisipasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam penanganan stunting. Apalagi, peran ibu di dalam rumah tangga ini sangat penting, terutama dalam menyajikan makanan bernutrisi tinggi yang penting untuk tumbuh kembang anak.
Putri sulung almarhum Tjahjo Kumolo itu berharap Buku Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia karya Hevearita G. Rahayu (Wali Kota Semarang) ini menjadi bahan referensi ibu-ibu PKK. Hal ini mengingat buku itu berdasarkan resep-resep masakan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Ketua DPN Repdem Bidang Seni, Budaya, dan Olahraga itu menilai percepatan penurunan stunting terlihat cukup signifikan di Kota Semarang. Tidak pelak lagi, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini menjadi proyek percontohan (pilot project) pendataan keluarga sebagai basis data agar tercipta zero stunting.
Ia menyebutkan penderita stunting di Kota Semarang sebanyak 1.144 orang, terdiri atas 579 perempuan dan 565 laki-laki, dengan jumlah tertinggi berusia 3 tahun sebanyak 345 orang, usia 2 tahun (309 orang), usia 4 tahun (236 orang), usia 1 tahun (210 orang), dan usia 5 tahun sebanyak 44 orang.
Dari 16 kecamatan di Kota Semarang, Ajeng mengatakan bahwa Kecamatan Semarang Utara tertinggi dengan jumlah 206 orang, menyusul Kecamatan Ngaliyan (132 orang), Semarang Barat (97 orang), serta Semarang Selatan dan Semarang Timur masing-masing 93 orang.
Adapun kecamatan terendah angka stunting-nya adalah Kecamatan Candisari tujuh orang, Genuk (15 orang), Gajahmungkur (34 orang), Gayamsari (39 orang), Tugu (43 orang), Banyumanik (53 orang), Pedurungan (56 orang), Gunungpati (65 orang), Mijen (69 orang), serta Tembalang dan Semarang Tengah masing-masing 71 penderita.
Di lain pihak, Ajeng yang berprofesi sebagai dokter gigi mengatakan bahwa kesehatan gigi dan status gizi memiliki hubungan dua arah mata panah. Pertama, asupan zat gizi dapat memengaruhi kesehatan gigi seseorang. Kedua, kesehatan gigi dapat memengaruhi status gizi seseorang.
"Mencegah gigi berlubang itu sangat penting karena penelitian menunjukkan bahwa gigi berlubang dapat memengaruhi status gizi anak," tutur Ajeng.
Penderita gigi berlubang dengan lubang hingga menembus jaringan pulpa, menurut dia, akan merasa tidak nyaman apabila lubang tersebut kemasukan makanan. Rasa ketidaknyamanan pada gigi tersebut dapat menyebabkan penurunan nafsu makan yang akan berakibat pada status gizi kurang pada anak.
Dikatakan pula bahwa stunting dapat dicegah dengan penerapan hidup bersih sehat dan dimulai dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
"Mungkin terdengar sepele, tetapi justru sangat penting dan memiliki pengaruh besar karena mulut merupakan pintu masuk pertama asupan gizi anak," kata pemilik Klinik Glamdentist.
Baca juga: Seizin suami, Ajeng terjun ke panggung politik
Baca juga: Tekan stunting, Pemkot Pekalongan kampanyekan program gemar makan ikan