Jakarta (ANTARA) - Couverture chocolate yakni cokelat berkualitas tinggi atau kerap disebut cokelat asli memiliki perbedaan dengan cokelat yang dicampur bahan lainnya atau compound chocolate.
Pemilik Usaha Pipiltin Cocoa Tissa Aunilla mengatakan, couverture chocolate terbuat dari biji cokelat asli dan ketika diolah menggunakan mesin maka akan menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder yang akan meleleh ketika sampai di lidah.
"Sensasinya beda di lidah karena meleleh di suhu tubuh manusia," katanya dalam acara daring yang digelar Tokopedia, Kamis.
Sementara pada compound chocolate, biji cokelat dicampur dengan minyak nabati sehingga perlu mengunyah saat memakannya.
Baca juga: PPKIPKT UGM Batang dan perusahaan Jepang kerja sama olah biji cokelat
"Minyak nabati itu titik lelehnya berbeda dengan suhu tubuh manusia, jadi (compound chocolate) harus dikunyah dan biasanya agak menempel di langit-langit mulut. Itu perbedaannya dengan couverture chocolate," kata Tissa.
Berbicara tren cokelat di Indonesia, Tissa menyebut cokelat batangan atau kerap disebut chocolate bar dan minuman cokelat atau chocolate drink yang dibuat dengan cokelat leleh dengan rasa manis yang lebih sedikit dan konsistensi yang lebih kental, yang saat ini banyak disukai masyarakat.
"Selain chocolate bar, juga chocolate drink yang betul-betul trennya sangat baik, karena di Indonesia kita tidak terbiasa makan chocolate bar. Saya kalau ada di kulkas chocolate bar, lalu bosan, saya bikin jadi chocolate drink," tutur dia.
Tissa bersama adiknya, Irvan Helmi, melalui usaha bidang cokelatnya yang dibangun sejak tahun 2013 itu berusaha menghadirkan cokelat dengan kualitas baik sembari ikut membantu memberdayakan petani lokal. Biji cokelat mereka langsung dapatkan dari petani lokal.
"Kami bekerja sama dengan sekitar 2000 petani di Indonesia. Kami memberdayakan petani lokal yakni menghubungkan hulu dan hilir jadi Pipiltin di Jepang bisa menulis surat ke petani di Bali dan surat menyurat dan itu sangat mempengaruhi penjualan dan semangat petani. Petani termotivasi sekali karena cokelat Bali ada di Jepang, jadi punya tanggung jawab moral menjaga kualitas biji cokelat," jelas dia.
Baca juga: Riset: cokelat pahit kurangi stres
Selain ke Jepang, saat ini, kakak beradik ini sudah bisa melakukan ekspor produknya ke negara lain seperti Rusia, Singapura, Malaysia dan bahkan Swiss.
Mengapa juga ke Swiss yang dikenal dengan produksi cokelatnya? Irvan mengatakan, hal ini salah satunya berpegang pada fakta cokelat di Indonesia unggul dalam hal keberagaman jenis dan ini nyaris tidak tertandingi oleh negara lain.
"Kami lihat ada satu fakta yang Indonesia punya dan tidak punya dimiliki negara lain yakni keberagaman cokelat. Indonesia negara dengan daerah asal penghasil cokelat yang spesifik yang paling beragam di dunia. Mungkin ada yang bisa menyaingi jumlah ekspor, hal-hal lain tapi untuk menyaingi keberagaman tidak bisa," kata dia.
Irvan berharap, melalui produknya yang saat ini bahan utamanya berasal dari enam wilayah di Indonesia yakni Aceh, Jawa Timur, Bali, Flores, Kalimantan Timur dan Papua Barat, bisa menghadirkan keberagaman cokelat Indonesia pada dunia.
Baca juga: Cokelat bagus untuk pembuluh darah jantung, ini syaratnya
Berita Terkait
Bersama BRI, Cokelat nDalem ukir manisnya usaha mikro
Kamis, 11 Juli 2024 20:13 Wib
Polres Sukoharjo bagikan coklat dan bunga ke pengendara yang tertib
Selasa, 14 Februari 2023 20:20 Wib
PPKIPKT UGM Batang dan perusahaan Jepang kerja sama olah biji cokelat
Kamis, 17 Februari 2022 17:20 Wib
Spanyol larang iklan cokelat, biskuit, dan es krim untuk anak
Jumat, 29 Oktober 2021 9:49 Wib
Akademisi: Waspadai serangan wereng batang cokelat
Senin, 28 Juni 2021 17:49 Wib
Cokelat bagus untuk pembuluh darah jantung, ini syaratnya
Rabu, 5 Agustus 2020 10:18 Wib
Vokalis Jackline Rossy pilih keluarga, berpisah dengan Cokelat Band
Selasa, 7 Januari 2020 13:33 Wib
Tewaskan balita, Polresta Pekalongan selidiki kasus keracunan cokelat kemasan
Jumat, 26 April 2019 16:09 Wib