"Kenapa kok enggak boleh mudik, karena kalau mudik itu rombongan. Kalau rombongan banyak sekali, kalau banyak sekali, nanti ada potensi ketularan," katanya di Semarang, Minggu.
Ia mengatakan bahwa pelarangan mudik bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para santri, merupakan bagian dari upaya pencegahan penularan virus corona.
Peningkatan mobilitas dan kerumunan orang selama masa mudik berpotensi menjadi penyebab peningkatan kasus penularan COVID-19.
Baca juga: 37 santri di Solo terinfeksi COVID-19
Gubernur mengatakan bahwa peningkatan kasus penularan COVID-19 bisa berakibat fatal sebagaimana yang terjadi di India.
"Kemarin itu India hanya butuh waktu 15 hari, yang ketularan banyak sekali. Mohon maaf, yang meninggal banyak sekali," katanya.
Gubernur berharap dampak lonjakan kasus penularan COVID-19 yang terjadi di India bisa menjadi pelajaran bagi warga, termasuk santri, dan menahan mereka untuk mudik Lebaran tahun ini.
"Maka sebaiknya kita tahan dulu, enggak usah mudik, terus kemudian cukup kasih salam-salam saja. Pak Gubernur juga enggak mudik kok," katanya.
Baca juga: Presiden tinjau vaksinasi bagi ulama, tokoh agama, dan santri di Jateng
Sebagai pengganti silaturahmi secara langsung dengan keluarga di kampung halaman masing-masing, Ganjar mengatakan, para santri bisa memanfaatkan layanan telekonferensi video untuk menghubungi keluarga di kampung halaman.
Pemerintah tahun ini melarang warga mudik untuk merayakan Lebaran guna mencegah terjadinya lonjakan penularan virus corona akibat peningkatan mobilitas dan kerumunan warga selama masa mudik.(LHP)