Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut tingkat suku bunga acuan akan tetap rendah sampai batas waktu ada sinyal inflasi kembali meningkat.
“Suku bunga akan tetap rendah sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate saat ini yang mencapai 3,75 persen merupakan yang terendah sepanjang sejarah.
Penurunan suku bunga acuan itu dilakukan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI per November 2020 sehingga total sejak November 2019, bank sentral ini sudah menurunkan 125 basis poin.
Baca juga: BI pangkas suku bunga acuan, jadi 3,75 persen
Penurunan suku bunga acuan itu dilakukan Bank Indonesia tersebut setelah sebelumnya mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen pada periode Juli-Oktober 2020.
Sedangkan tingkat inflasi, lanjut Perry Warjiyo, diproyeksi berada di bawah dua persen pada 2020 karena permintaan yang melemah.
Tahun 2021, kata Gubernur BI itu, inflasi diperkirakan akan berada dalam kisaran tiga plus minus satu persen.
Dengan suku bunga acuan yang rendah itu, ia mendorong perbankan merealisasikan penurunan suku bunga kepada nasabah.
“Sudah saatnya perbankan segera menurunkan suku bunga dan menyalurkan kredit sebagai komitmen bersama untuk pemulihan ekonomi nasional,” kata Perry Warjiyo.
Untuk mendukung likuiditas perbankan, Bank Indonesia sudah melakukan pelonggaran kebijakan untuk mendukung penyaluran kredit perbankan.
Perry Warjiyo menyebut BI sudah menyuntikkan likuiditas kepada perbankan mencapai Rp682 triliun atau mencapai 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Stimulus moneter terbesar di antara emerging market,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Baca juga: Ekonom prediksi BI bakal turunkan bunga acuan 25-50 basis poin