Norfolk, Virginia ANTARA JATENG - Presiden Amerika Serikat Donald Trump,
Sabtu waktu AS, menyatakan bahwa dia memiliki "kekuasaan penuh untuk
memberi maaf" setelah pemerintahannya menghadapi investigasi mengenai
kemungkinan kaitan antara tim kampanye presidensialnya pada 2016 dengan
Rusia.
Dalam pesan Twitter terbarunya, Trump mengungkapkan lagi
frustasinya kepada jaksa agung pilihannya, penyelidik khusus yang
mengetuai penyelidikan koneksi Rusia, dan sekutu-sekutunya di Partai
Republik dalam Kongres yang tengah berjuang meloloskan agenda legislatif
sang presiden.
Namun pernyataan Trump soal memberi maaf ini,
berbarengan dengan serangannya terhadap media massa, menguatkan
kemungkinan bahwa dia sedang mempertimbangkan opsinya sendiri jika
penyelidikan tidak berjalan sebagaimana dia harapkan.
Trump tidak
secara khusus menyebut siapa yang akan dia maafkan. Cuitan dia
sepertinya dia tulis sebagai tanggapan atas laporan Washington Post
pekan ini bahwa Trump dan tim hukumnya telah mempelajari hak presiden
memaafkan orang-orang dekat Trump, anggota keluarganya, dan mungkin juga
dia sendiri.
"Mengingat semua pihak sepakat bahwa Presiden
Amerika Serikat memiliki kuasa penuh untuk memberi maaf, mengapa tidak
memikirkan itu ketika sejauh ini satu-satunya kejahatan adalah
pembocoran yang melawan kita," tulis Trump.
Washington Post,
mengutip pejabat dan mantan pejabat AS, melaporkan Jumat lalu bahwa duta
besar Rusia untuk AS telah diperdengarkan oleh badan-badan intelijen AS
bahwa bos-bosnya telah membahas masalah-masalah terkait kampanye dnegan
penasihat keamanan Trump, Jeff Sessions, tahun lalu, ketika Sessions
masih senator.
Sessions kini mengetuai Departemen Kehakiman sebagai jaksa agung pemerintahan Trump.
"Ini pembocoran yang ilegal, harus berhenti," cuit Trump.
Pada
uji kepatutan di Senat saat akan masuk kabinet, Sessions awalnya tak
mau mengungkapkan kontaknya pada 2016 dengan Duta Besar Rusia di AS
Sergei Kislyak. Dia kemudian menyatakan mereka berdua tidak membahas
kampanye Pemilu.
Pada Maret, Sessions menjauhkan dirinya dari
penyelidikan koneksi Rusia, yang kemudian dikritik keras Trump dan
menjadi sumber kekecewaan Trump kepada jaksa agung pilihannya ini,
demikian Reuters.