Krisis Kawah Timbang yang terjadi kali ini jauh lebih lama dibanding kejadian serupa di tahun 2011.
Saat itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung meningkatkan status Kawah Timbang dari "Normal" menjadi "Waspada" pada tanggal 23 Mei 2011, yang selanjutnya ditingkatkan kembali menjadi "Siaga" pada tanggal 29 Mei 2011, hingga akhirnya diturunkan menjadi "Waspada" pada tanggal 10 Juni 2011.
Akan tetapi, dalam krisis kali ini, PVMBG yang meningkatkan status Kawah Timbang dari "Normal" menjadi "Waspada" pada tanggal 11 Maret 2013 dan menjadi "Siaga" sejak 27 Maret 2013. Hingga sekarang, belum melakukan evaluasi terhadap kemungkinan dilakukan penurunan status.
Kendati demikian, Kepala PVMBG Surono mengatakan bahwa kemungkinan status Kawah Timbang tidak akan ditingkatkan menjadi "Awas".
"Mungkin hanya sampai 'Siaga'," katanya saat dihubungi Antara.
Saat ini, masyarakat di Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, hanya bisa menunggu kapan PVMBG akan menurunkan status Kawah Timbang sehingga mereka bisa kembali beraktivitas secara normal.
"Kami berharap status Kawah Timbang dapat segera dievaluasi," kata Kepala Desa Sumberejo Ibrahim.
Meskipun status Kawah Timbang masih "Siaga", warga Desa Sumberejo menyambut gembira atas rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG pada tanggal 11 April 2013.
Dalam hal ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat boleh beraktivitas dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang asalkan mematuhi syarat yang ditentukan, yakni jika dalam enam jam terakhir tidak terekam gempa vulkanik dan tektonik lokal yang berpotensi memicu keluarnya gas beracun dari Kawah Timbang.
Selain itu, matahari bersinar terik dalam radius 1.000 dari Kawah Timbang.
Masyarakat boleh beraktivitas setelah Tim Tanggap Darurat PVMBG mengecek dengan peralatan dan menyatakan tidak terdapat gas beracun yang berpotensi membahayakan kehidupan di sekitar Kawah Timbang.
Jika tiba-tiba terekam gempa vulkanik dan tektonik lokal yang memicu keluarnya gas beracun dari Kawah Timbang dan sekitarnya, masyarakat yang beraktivitas di sekitar Kawah Timbang agar segera keluar dari radius 1.000 meter bahaya Kawah Timbang.
"Kami sangat senang dengan adanya rekomendasi itu, sehingga warga khususnya petani dapat mengurus tanaman kentang mereka," kata Ibrahim.
Rekomendasi tersebut, kata dia, sudah lama dinantikan warga karena selama satu bulan ini tidak bisa mengurus ladang akibat adanya peningkatan aktivitas Kawah Timbang.
Dalam hal ini, warga tidak boleh beraktivitas di ladang sekitar Kawah Timbang karena dikhawatirkan menghirup gas beracun.
"Warga akan tetap mematuhi ketentuan yang diatur dalam rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG karena mereka dengan sendirinya tidak akan datang ke ladang ketika cuaca mendung atau hujan," katanya.
Menurut dia, warga memiliki kearifan lokal dan telah memahami kapan gas beracun itu keluar dari Kawah Timbang sehingga mereka akan ke ladang ketika cuaca cerah.
Selain itu, kata dia, warga juga telah memahami wilayah-wilayah yang tanahnya mengandung CO2 dengan konsentrasi tinggi karena dapat terlihat dari rumput yang menguning atau tidak bisa hidup seperti di sekitar Kali Sat.
Akan tetapi, di tengah kegembiraan bisa kembali mengolah ladang di dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang, warga Dataran Tinggi Dieng dikejutkan oleh gempa bumi yang terjadi pada hari Jumat (19/4), pukul 19.00 WIB.
Kepanikan warga pun terjadi, tidak hanya di Desa Sumberejo, tetapi juga Kepakisan, Pekasiran, dan Pesurenan. Bahkan, warga sejumlah desa di Kabupaten Batang yang berbatasan dengan Kecamatan Batur, Banjarnegara, dan berada di wilayah Dataran Tinggi Dieng sisi utara pun ikut panik.
Mereka pun berbondong-bondong mengungsi ke Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, maupun Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Jumlah pengungsi dari berbagai daerah itu lebih dari 5.000 jiwa.
Sesaat setelah gempa tersebut, PVMBG segera meminta sejumlah ruas jalan di Dataran Tinggi Dieng, terutama Jalan Raya Dieng-Batur dan Jalan Simpangan-Pekasiran, ditutup karena dikhawatirkan adanya gas beracun dari Kawah Timbang yang keluar melalui rekahan tanah di sekitar ruas jalan tersebut.
Setelah dilakukan pengecekan menggunakan detektor gas oleh Tim Tanggap Darurat PVMBG, kedua ruas jalan tersebut kembali dibuka karena tidak terdeteksi adanya gas beracun sehingga aman untuk dilewati.
Kendati demikian, PVMBG kembali melarang warga beraktivitas dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang karena aktivitasi kegempaannya masih relatif sangat tinggi.
PVMBG pada 22 April kembali memperbolehkan warga beraktivitas di dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang meskipun statusnya masih tetap "Siaga".
Informasi yang dihimpun, aktivitas Kawah Timbang sempat terhenti sesaat setelah terjadinya gempa bumi sehingga dikhawatirkan adanya gas beracun yang keluar melalui rekahan-rekahan tanah di sekitarnya.
Namun sekarang, Kawah Timbang kembali beraktivitas dengan mengeluarkan asap putih tebal ke atas.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Banjarnegara Tursiman mengatakan, berdasarkan pengamatan visual, aktivitas Kawah Timbang cenderung menurun.
"Asap yang dikeluarkan Kawah Timbang menipis dan tingginya sekitar 5--30 meter. Sebelumnya, bisa mencapai 100 meter," katanya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan status Kawah Timbang yang saat ini masih "Siaga" dapat diturunkan menjadi "Waspada" hingga akhirnya kembali "Normal".
Suwarno, warga Desa Sumberejo, mengharapkan aktivitas Kawah Timbang dapat segera normal kembali.
"Kalau melihat dari asap putih yang dikeluarkan, sepertinya aktivitas Kawah Timbang mulai menurun," katanya.
Kendati demikian, hingga saat ini, kata dia, warga di lingkungan RW 01 dan RW 02 tetap melaksanakan ronda malam sehingga kalau terjadi sesuatu akan segera menginformasikan kepada warga lainnya.
Menurut dia, warga saat ini jauh lebih tenang dibanding sebelumnya yang sempat panik akibat terjadinya gempa bumi.
Bahkan, hembusan asap putih yang dikeluarkan Kawah Timbang tidak lagi terlihat tinggi.
Namun, yang menjadi pertanyaan pascagempa bumi tersebut, mungkinkah krisis Kawah Timbang akan segera berakhir?
"Kami hanya bisa berharap agar status Kawah Timbang dapat segera dievaluasi," kata Suwarno.