"Solar masih dibatasi, maka akan berdampak turunnya produksi beras di setiap penggilingan padi Boyolali," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PERPADI Jawa Tengah, Tulus Budiono, di Boyolali, Jumat.

Menurut Tulus Budiono, hal tersebut sudah mulai dirasakan sejumlah tempat penggilingan padi di Boyolali yang jumlahnya mencapai 80 lokasi dan tersebar di 19 kecamatan.

Ia menjelaskan, menurunnya produksi beras di tempat penggilingan tersebut dampak dari terbatasnya penggunaan minyak solar per hari.

"Di setiap tempat penggilingan mampu beroperasi per hari dengan penggunaan solar sekitar 100 liter. Namun, mereka saat ini hanya bisa membeli antara 40 liter hingga 60 liter per hari, sehingga jam kerjanya terbatas," katanya.

Hal tersebut, lanjut dia, otomatis akan mempengaruhi produksi beras di tempat penggilingan menurun karena terbatasnya jam kerja per hari.

"Jika hal itu, tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada harga gabah dan beras di pasar menjadi naik," katanya.

Namun, kata dia, harga gabah di tingkat petani maupun pasar hingga sekarang belum mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Harga gabah saat ini, mencapai Rp3.200 per kg untuk gabah kering panen, Rp4.200/kg gabah kering giling dan Rp3.800/kg gabah di pasar.

"Padahal, para petani selama bulan April ini, diperkirakan musim panen raya terjadi di sejumlah daerah," katanya.

Selain itu, kata dia, dengan keterbatasan stok solar di Boyolali ini, juga sangat berdampak pada para petani yang sedang menggarap sawahnya. Karena, mereka setelah panen sebagian petani sudah mulai membajak sawahnya.

Para petani dengan penggunaan solar yang berkurang karena dibatasi pembeliannya, maka pekerjaan mereka akan tertunda. Dampaknya tentunya produksi pangan akan berkurang.

Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah untuk segera menambah kuota solar untuk wilayah Jateng, untuk memenuhi kebutuhan para petani agar mereka tidak dibatasi penggunaannya.
Pada 2012 kuota solar untuk Jateng, kata dia, mencapai 1,8 ribu kiloliter, sedangkan tahun ini, Pemprov Jateng mengajukan ke pusat mencapai 2,4 ribu kiloliter, tetapi realisasi baru sekitar 1,7 ribu kiloliter.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024