Seluas 178 ha tanaman padi tersebut yakni tersebar di Kecamatan Banyudono, Sawit, Teras, Ampel, Mojosongo, sambi, kata Koordinator Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Boyolali, Iskak Harjono, di Boyolali, Senin.

"Tanaman padi yang terserang hama tikus terbesar di Banyudono seluar 75 ha, disusul Sawit (65 ha), Teras (19 ha), Ampel (14 ha), Mojosongo (tig ha), dan Sambi (dua ha)," kata Iskak Harjono.

Ia menjelaskan, gerakan gobyokan tikus yang dilakukan tidak serentak dan hanya insidental oleh para petani tersebut menyebabkan pemberantasan hama di Kecamatan Banyudono dan Sawit tidak bisa optimal.

"Gerakan gopyokan hama tikus selama ini, hanya dilakukan di sebagian petani, sedangkan yang lain tidak melakukan, sehingga hama tikus hanya berpindah tempat ke lahan lain," katanya.

Menurut dia, gerakana gopyokan hama tikus seharusnya dilakukan serantak sehingga tidak berpindah dan hasilnya bisa optimal.

Oleh karena itu, pihaknya berharap Petani di Banyudono dan Sawit untuk melakukan gopyokan secara rutin dan serentak, sehingga perkembangbiakan hama mengerat itu tidak meluas.

Selain itu, kata dia, serangan hama semakin meluas tersebut juga karena model tanaman padi kedua wilayah kecamatan tersebut tidak tanam serentak atau bersamaan, sehingga hamas hanya berpindah dari petak tanaman padi yang satu ke daerah lainnya.


Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024