Warga Dusun Simbar ini seakan meratapi nasib ladang kentangnya yang tidak terurus pascapeningkatan status Kawah Timbang dari waspada menjadi siaga pada hari Rabu (27/3) pukul 23.30 WIB.

"Mau bagaimana lagi, Kawah Timbang kondisinya sedang seperti itu," katanya di Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Sabtu (30/3).

Saat ini, sebagian besar petani kentang di Desa Sumberejo sebenarnya sedang memasuki masa tanam yang diharapkan bisa panen menjelang Lebaran.

Bahkan, ada beberapa petani yang seharusnya memanen kentangnya dalam pekan ini sebelum kembali menanam komoditas tersebut.

Akan tetapi, peningkatan aktivitas Kawah Timbang membuat petani harus bersabar untuk bisa menggarap ladangnya kembali.

"Terus terang, saya khawatir Kawah Timbang tidak segera kembali normal sehingga saya tidak bisa menanam kentang dalam waktu dekat," katanya.

Saat ini, petani kentang di Desa Sumberejo, khususnya Dusun Simbar dan Serang, seolah sedang diuji kesabarannya oleh Kawah Timbang.

Bagi petani yang sabar dan mau menerima keadaan, mereka tetap menunggu Kawah Timbang kembali normal dan membiarkan ladangnya tidak terurus hingga kondisinya aman.

Sementara itu, bagi yang tidak mau bersabar dalam menghadapi kenyataan ini, mereka tetap berusaha mendatangi ladangnya meskipun telah ada larangan beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang.

"Padahal, kentang yang masih tertimbun tanah, tetap aman dari gas beracun. Kalau sudah di atas tanah, memang bisa membusuk karena terlalu lama dibiarkan," kata Budi.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan (Dintankannak) Kabupaten Banjarnegara, luas ladang yang berada di dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang mencapai 75 hektare dari total ladang di Desa Sumberejo yang seluas 1.250 hektare, sedangkan luas ladang yang berada dalam radius 500 meter dari Kawah Timbang sekitar 50 hektare.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat menaikkan status Kawah Timbang dari normal menjadi waspada pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 21.30 WIB merekomendasikan agar tidak ada aktivitas dalam radius 500 meter dari Kawah Timbang.

Selanjutnya, pada tanggal 27 Maret 2013 pukul 23.30 WIB, PVMBG kembali meningkatkan status Kawah Timbang dari waspada menjadi siaga dan merekomendasikan agar tidak ada aktivitas dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang.

Terkait dengan kondisi tersebut, Kepala Desa Sumberejo Ibrahim mengatakan bahwa petani terpaksa harus menunda menanam kentang karena mereka dilarang memasuki zona tersebut.

"Petani harus bersabar menunggu sampai PVMBG menyatakan aman terhadap kondisi sekitar Kawah Timbang. Dengan demikian, mereka bisa kembali berladang tanpa adanya kekhawatiran terhadap bahaya gas Kawah Timbang," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa ada sejumlah petani yang tidak mau bersabar menunggu instruksi PVMBG maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara sehingga mereka nekat memasuki zona bahaya gas beracun Kawah Timbang.

Aksi nekat tersebut dilakukan petani karena meyakini jika gas beracun itu keluar dari Kawah Timbang pada pagi dan sore hari sehingga mereka akan pergi ke ladang ketika matahari telah terik dan kembali ke rumah menjelang sore.

Saat mengunjungi Posko Siaga Darurat Bencana Kawah Timbang di Kantor Kecamatan Batur, Kamis (28/3) malam, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengimbau warga Desa Sumberejo tidak panik terhadap status Kawah Timbang yang telah dinaikkan dari waspada menjadi siaga.

"Siaga tapi 'ra sah' (tidak perlu, red.) panik," katanya.

Menurut dia, keluarnya gas beracun dari Kawah Timbang merupakan peristiwa alam.

"Oleh karena itu, saya minta masyarakat tetap tenang dalam menyikapi peristiwa alam ini," katanya.

Ia mengimbau masyarakat untuk mematuhi instruksi dan rekomendasi dari petugas PVMBG dan Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng.

Menurut dia, hingga saat ini masih banyak warga yang nekat menerobos masuk zona bahaya gas beracun Kawah Timbang hanya sekadar untuk mengurusi ladang mereka.

"Ikuti instruksi petugas. Kalau disuruh menyingkir, ya, menyingkir, jangan nekat," katanya.

Berdasarkan pantauan petugas Posko Siaga Darurat Bencana Kawah Timbang, masyarakat Desa Sumberejo, khususnya Dusun Simbar dan Serang, jauh lebih tenang dalam menyikapi krisis Kawah Timbang dibanding saat terjadinya peristiwa serupa yang terjadi pada tahun 2011. Pada saat itu banyak petani yang nekat memasuki zona bahaya untuk sekadar mengurus ladang meskipun telah dilarang.

Bahkan, ketika krisis Kawah Timbang pada tahun 2011, terjadi aksi pengungsian yang luar biasa sebelum PVMBG merekomendasikan agar Dusun Simbar dan Serang dikosongkan.

Aksi pengungsian tersebut terjadi karena sempat tersiar isu negatif terkait dengan peningkatan Kawah Timbang yang saat itu statusnya telah dinaikkan menjadi siaga.

"Saat ini, masyarakat jauh lebih tenang dalam menyikapi krisis Kawah Timbang meskipun statusnya telah dinaikkan menjadi siaga sejak Rabu (27/3) pukul 23.30 WIB. Hingga saat ini, belum terjadi pengungsian karena PVMBG hanya merekomendasikan agar tidak ada aktivitas dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang," kata petugas Posko Siaga Darurat Bencana Kawah Timbang, Andri Sulistyo.

Salah seorang warga Desa Sumberejo, Suwarno, mengatakan bahwa peningkatan aktivitas Kawah Timbang merupakan peristiwa alam yang terjadi atas kehendak Allah SWT.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat harus bersabar dan tenang dalam menyikapi krisis Kawah Timbang ini.

"Berdasarkan pengalaman warga, aktivitas Kawah Timbang masih dianggap wajar-wajar saja dan insya Allah masyarakat juga sudah memiliki kesiapan mental," kata dia yang juga Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Sumberejo.

Sementara itu, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo meminta warga sekitar Kawah Timbang tetap tenang dan bersabar dalam menghadapi peningkatan aktivitas kawah tersebut.

"Tetap tenang dan masyarakat tidak usah panik karena nantinya akan ada informasi atau semacam komando," katanya usai mengunjungi Posko Siaga Darurat Bencana Kawah Timbang di Kecamatan Batur, Sabtu (30/3).

Berdasarkan perkembangan terakhir, dia mengharapkan aktivitas Kawah Timbang dapat segera kembali normal.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya tetap berusaha mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.

"Mudah-mudahan tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan karena yang biasa menjadi momok adalah CO2, sedangkan CO2-nya sudah menurun. Namun, kita harus tetap antisipasi," katanya.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan BPBD Banjarnegara Tursiman mengharapkan aktivitas Kawah Timbang dapat segera kembali normal.

"Dengan demikian, masyarakat bisa kembali beraktivitas secara normal, termasuk menggarap ladang mereka yang berada di sekitar Kawah Timbang," katanya di Batur, Banjarnegara, Minggu (31/3).

Menurut dia, harapan tersebut muncul setelah terjadinya perubahan karakteristik hembusan asap yang dikeluarkan Kawah Timbang dalam tiga hari terakhir.

Dalam hal ini, kata dia, hembusan asap tersebut cenderung mengarah ke atas dan tidak lagi mengalir melalui lembah seperti yang terjadi sebelumnya.

"Dengan kondisi tersebut, kita berharap Kawah Timbang bisa segera kembali normal," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, petugas pengamatan gunung api PVMBG, Zaenuddin, mengatakan bahwa hembusan asap yang dikeluarkan Kawah Timbang dalam beberapa hari terakhir cenderung mengarah ke atas.

"Dia (Kawah Timbang, red.) sekarang membentuk volume asap ke atas, tidak mengalir lagi. Dengan kondisi seperti itu mudah-mudahan tidak berbahaya lagi," katanya.

Menurut dia, volume gas yang dikeluarkan Kawah Timbang kali ini jauh lebih besar dibanding kejadian serupa pada tahun 2011.

"Yang tahun 2011 seakan-akan pembukaan pertama, lubangnya lebih sempit. Sekarang sudah ada lubangnya sehingga langsung keluar tanpa ada penghalang," katanya.

Menurut dia, pihaknya juga telah mengecek sejumlah rekahan di sekitar Kawah Timbang termasuk Kali Sat.

Akan tetapi, hingga saat ini, kata dia, PVMBG tidak menemukan adanya rekahan-rekahan yang mengeluarkan gas beracun.

Dalam hal ini, lanjutnya, yang paling dikhawatirkan dari Kawah Timbang adalah hembusan gas beracunnya karena kawah ini kecil kemungkinan dapat terjadi erupsi freatik.

"Hanya Kawah Timbang yang mengeluarkan gas beracun, di tempat lainnya tidak terdeteksi. Saat di tempat lain terdeteksi ada gas beracun, itu karena ada angin dari utara menuju selatan, dan itu mungkin karena tekanan dari bawah belum terlalu kuat sehingga mengalir melalui lembah," katanya.

Saat ini, masyarakat hanya bisa bersabar dan berdoa agar krisis Kawah Timbang segera berakhir.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025