Kepala Seksi Layanan Konservasi, Balai Konservasi Borobudur, Iskandar M. Siregar mengatakan bahwa pemasangan tarpaulin (kain atau kanvas kedap air, red.) dilakukan lebih dahulu supaya lebih mudah dalam pelaksanaan simulasi nanti.

"Kami pasang untuk stupa induk dulu agar persiapan lebih mudah. Setelah itu, nanti baru dipasang untuk stupa-stupa teras," katanya.

Proses pemasangan pada stupa induk, kata dia, harus melibatkan sedikitnya 15 orang karena tarpaulin untuk stupa induk memiliki berat sekitar 700 kilogram. Sedangkan waktu pemasangannya membutuhkan sekitar 12 jam.

Ia mengatakan bahwa persiapan juga akan dilakukan pada Kamis (7/2) dengan gladi bersih dan pemasangan tarpaulin pada 24 stupa teras di lantai 9 dan 16 stupa teras di lantai 10.

"Simulasi tanggap bencana pada Jumat nanti, akan melibatkan sekitar 350 orang dari semua elemen, seperti pengunjung, masyarakat, aparat kepolisian, dan TNI," katanya.

Sebelumnya, tarpaulin yang menelan anggaran Rp239 juta tersebut pernah beberapa hari dipasang untuk menutup sejumlah stupa candi pada bulan Desember 2012 saat uji coba guna mengetahui apakah ukurannya sudah sesuai.

Penutup stupa berwarna abu-abu tersebut dipesan melalui pihak ketiga, yaitu Pusat Tenda Yogya. Bahan penutup stupa tersebut adalah polyster dengan ketebalan antara 0,4--0,5 milimeter dan berat 410--780 gram per meter persegi. Bahan tersebut bersifat tahan air, fleksibel, dan kuat, temasuk kuat untuk menahan abu Merapi yang memiliki kadar asam tinggi.

Iskandar mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan kajian terhadap penggunaan tarpaulin, dan sejauh ini tidak ada masalah. Hasil evaluasi yang dilakukan memang ada kenaikan suhu saat ditutup tarpaulin.

"Perbandingannya terpaut sekitar tiga derajat. Data sampel stupa yang ditutup bersuhu 29,6 derajat Celcius, sedangkan yang tidak ditutup 26,9 derajat Celcius," katanya.

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : hernawan
Copyright © ANTARA 2024