Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena mengajak umat Kristiani untuk berempati lebih atas terjadinya sejumlah bencana alam di Tanah Air, termasuk di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
"Bahwasanya kita kan menyadari berbagai malapetaka yang terjadi di negeri ini, memang segala sesuatu itu kan kehendak Tuhan," katanya, di Semarang, Jumat.
Meski demikian, kata dia, sebagai umat manusia perlu berempati kepada para korban bencana alam, seperti yang terjadi di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Hal tersebut disampaikannya usai melaksanakan ibadah perayaan menyambut Natal 2025 di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Semarang.
"Sebagai umat, yang perlu kita lakukan adalah berempati pada segala bencana dan tentunya turut mendoakan," katanya.
Secara khusus, ia juga berharap kepada para masyarakat gereja untuk berperan lebih aktif terhadap berbagai persoalan yang terjadi di negeri ini.
"Saya itu berharap bahwa kita ini juga bisa berperan aktif ataupun berperan lebih aktif untuk para jemaatnya sendiri di dalam meningkatkan keberadaan kita sebagai umat Kristen di negara yang mayoritas muslim," katanya.
Samuel juga mengaku bangga bisa beribadah di gereja yang dikenal dengan sebutan Gereja Blenduk yang merupakan bangunan cagar budaya di kawasan Kota Lama Semarang.
"Saya berharap di setiap tempat kan kita masuk ke komunitas yang berbeda. Yang di sini saya bersyukur sekali saya diterima langsung di sebuah gereja. Jadi memang mengadakan kebaktian di gereja ini sendiri," katanya.
Apalagi, kata legislator dari Daerah Pemilihan Jateng 1 itu, bisa beribadah di gereja bersejarah, seperti Gereja Blenduk Semarang.
"Dan itu mempunyai nilai khusus ya bahwasanya kita diterima di dalam komunitas jemaatnya di gereja ini langsung. Dan kita ketahui bahwa Gereja Blenduk ini kan cagar budaya. Jadi, kerenlah ya," katanya.
Sementara itu Pimpinan GPIB Immanuel Semarang Pendeta Maxsarles Kapoh dalam pesan Natalnya menyoroti kemerosotan moral, seraya mengajak untuk kembali ke fitrah sebagai manusia yang berbudi luhur.
Menurut dia, manusia yang berbudi luhur itu adalah manusia yang berhati mulia, sebagaimana awal diciptakan oleh Tuhan sebelum jatuh ke dalam dosa.
'Natal mengingatkan kita bahwa Kristus itu datang supaya manusia itu menjadi manusia yang seperti dahulu, segambar dengan Allah. Ini supaya benar-benar anak-anak Tuhan betul-betul mengembalikan harkat kemanusiaan itu," katanya.
Baca juga: Wamensos: Penanganan bencana alam di Sumatra belum butuh bantuan internasional