Bait lagu tersebut merupakan penggalan lagu "Kemarau" yang dipopulerkan oleh The Rollies mengingatkan betapa dahsyatnya musim kemarau bagi kehidupan umat manusia. Dan musim kemarau pasti akan datang setiap tahunnya, tanpa bisa dielakkan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan tahun ini kembali terjadi anomali cuaca, di sebagian wilayah Jawa Tengah musim kemarau ada yang maju dan ada juga yang justru mundur.
Prakiraan ini tentunya bukan berita biasa yang didengar sambil lalu. Tak ayal prakiraan terjadinya anomali cuaca membuat galau bercampur khawatir sebagian masyarakat, terutama para petani.
Mengetahui penyebab, bagaimana anomali cuaca terjadi, dan dampaknya, sedikit banyak mampu mengurangi kekhawatiran masyarakat petani.
Penyebab Anomali
Anomali cuaca yang terjadi ada tahun ini dikarenakan adanya sirkulasi arus laut global yang tidak normal, sehingga suhu muka laut selalu hangat.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati menyebutkan saat ini suhu muka laut rata-rata berada pada suhu 29 derajat celsius, sementara suhu muka laut di perairan Pulau Jawa berkisar 28 derajat celsius.
"Hangatnya suhu muka laut tersebut menjadikan banyak penguapan, uap air menjadi banyak dan diprakirakan hingga Mei masih ada hujan," kata Evi.
Hangatnya suhu muka laut tersebut terjadi di laut utara sehingga daerah pantura, Jateng bagian tengah seperti; Semarang, Brebes, Kabupaten Semarang, Sragen, Boyolali, sebagian Blora, sebagian Sukoharjo bagian utara, Tegal, dan Pemalang masih akan terjadi hujan.
Beberapa daerah tersebut musim kemaraunya akan mundur sekitar sepuluh hingga 20 hari atau satu hingga dua dasarian.
Untuk Kota Semarang misalnya, dari jadwal musim kemarau yang seharusnya Mei minggu kedua mundur menjadi Juni minggu pertama. Sebagian daerah Blora, musim kemaraunya juga ada yang mundur yakni Blora bagian selatan yang seharusnya April minggu kedua diprakirakan mundur menjadi Mei minggu pertama.
Akan tetapi untuk suhu laut bagian selatan lebih rendah, sehingga musim kemaraunya justru lebih cepat. Sejumlah daerah yang musim kemaraunya lebih dahulu dari jadwal diantaranya sebagian besar wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, sebagian Kebumen, dan Purworejo.
Anomali Ringan
Anomali cuaca pada tahun ini, menurut Evi merupakan anomali ringan karena tidak sama dengan kasus sama seperti yang terjadi pada anomali tahun 2010.
Jika tahun 2010, musim kemarau mundur satu tahun penuh sehingga tidak ada musim kemarau. Hal tersebut terjadi karena ada pengaruh sirkulasi air laut yang hangat sepanjang tahun dan pengaruh La Nina.
Fenomena La Nina menyebabkan curah hujan bertambah, bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan tersebut sangat tergantung dari intensitas La Nina.
Akan tetapi untuk tahun 2012, Evi menegaskan bahwa saat ini pengaruh La Nina sudah hilang, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan adanya anomali cuaca kali ini sama dengan tahun 2010.
Petani tidak perlu khawatir, karena musim kemarau di sejumlah daerah mundur, tetapi rata-rata hanya 10 hingga 20 hari dan tidak mundur sepanjang tahun seperti tahun 2010.
Adanya anomali cuaca tersebut, tetap perlu diperhatikan oleh petani karena menyangkut pola tanam tanaman padi. Petani tentu tidak dapat menerapkan pola tanam seperti biasanya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Ayu Entys menambahkan dirinya telah mendapatkan surat edaran dari BMKG mengenai mundurnya musim kemarau tersebut.
"Saya sudah meminta kepada petani jika memang tidak ada air jangan dipaksakan menanam padi, kecuali kalau memang ingin menanam padi gogo," kata Ayu Entys.
Di Kota Semarang luasan sawah irigasi teknis ada 832 hektare dan yang nonteknis seluas 1.072 hektare.
"Jadi, memang banyak lahan pertanian yang tergantung dengan musim. Oleh karena itu, jika sudah diprakirakan tidak ada hujan, sebaiknya petani mengikuti mundurnya musim kemarau," katanya.
Kemarau Normal
Musim kemarau pada tahun ini diperkirakan juga bersifat normal tidak sampai panas berkepanjangan. Pada musim kemarau masih akan terdapat hujan, meskipun intensitasnya tidak sama seperti pada saat musim penghujan.
"Sifat hujan musim kemarau tahun ini normal dan ada yang di atas normal. Batasan normal di masing-masing berbeda," kata prakirawan BMKG Jateng Reni Kraningtyas menambahkan.
Pada saat musim kemarau, lanjut Reni, masih akan terdapat hujan akan tetapi intensitasnya tidak tinggi.
Sementara suhu pada musim kemarau, biasanya akan terjadi suhu maksimum hingga 37 derajat celsius pada bulan September-Oktober 2012.
Prakiraan cuaca tersebut perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti dengan persiapan-persiapan yang mungkin dapat dilakukan oleh para petani dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dapat mempersiapkan terkait ketahanan pangan dan antisipasi kenaikan harga sejumlah komoditas yang dapat naik karena tergantung dengan musim.
Sebut saja padi, jika saat ini harga gabah murah karena masih dalam tahap panen raya, hukum pasar menjadikan harga padi pada musim kemarau akan naik harganya.
Badan Pusat Statistik Jateng mencatat seluruh harga gabah di tingkat petani pada semua kelompok kualitas pada Maret 2012 terjadi penurunan rata-rata 13,61 persen untuk gabah kering giling dari Rp4.533,93 per kilogram pada Februari 2012 menjadi Rp3.916,67 per kilogram.
Sementara Harga gabah kering panen turun 9,25 persen dari Rp4.210,93 per kilogram pada Februari 2012 menjadi Rp3.821,33 per kilogram dan kelompok kualitas rendah turun 1,55 persen dari Rp3.348,94 per kilogram pada Februari 2012 menjadi Rp3.297,06 per kilogram pada Maret 2012.
Penurunan harga gabah dari BPS tersebut tentu tidak sekadar data, tetapi dapat ditindaklanjuti.
Persiapan yang maksimal menjelang musim kemarau, tentu akan memberikan kenyamanan bagi masyarakat terhadap kecukupan bahan pangan.