"Tidak dapat dimungkiri bahwa kelahiran PKB dimotori oleh orang-orang NU. Jadi, jangan sampai PKB meninggalkan NU," kata Adnan dalam "halaqoh" (diskusi) bertema "NU, PKB, dan Masa Depan Bangsa" di Pondok Pesantren Al Ishlah, Mangkang Kulon, Semarang, Kamis.
Diskusi dihadiri puluhan kiai NU se-Jateng di jajaran struktural NU, PKB, serta warga NU. Kiai yang hadir di antaranya KH Ahmad Said Asrori (Kabupaten Magelang), KH Chambali Utsman (Kabupaten Tegal), KH Abdul Hakim (Kedu), KH Mahmudi Aman (Kudus), KH Ubaidillah Sodaqoh (Semarang), KH Wahib Mahfid (Kebumen), KH Syuada Adzikya (Cilacap), dan Habib Hasan Aqil Baabud (Purworejo).
Ketua Katib Syuriah NU Jateng, KH Ubaidillah Sodaqoh, ditunjuk sebagai pembicara bersama Dr H Abu Hapsin Umar didampingi Ketua PWNU Jateng, Muhammad Adnan, sebagai moderator, yang membuat acara semakin semarak.
Kegiatan "halaqoh" ini diadakan bertujuan untuk mengingatkan adanya hubungan historis antara NU dan PKB karena PKB lahir dari rahim NU.
Hubungan tersebut perlu terus dipupuk agar keduanya membawa kemaslahatan bagi rakyat. Selain itu, "halaqoh" ini bertujuan untuk mempertegas sikap dasar antara NU dan PKB, yang harus dipahami, agar tidak ada salah tafsir nantinya.
Dengan ini, diharapkan posisi dan gerak kiai yang berperan besar dalam percaturan politik kekuasaan, tidak terlalu melampaui tugasnya. Artinya, kiai harus tetap berpikir untuk kepentingan umat dan bukan untuk kekuasaan.
Hubungan antara NU dan partai yang dilahirkannya, PKB, akan kembali ditata ulang, agar semakin harmonis.
Adnan mengatakan terdapat tiga hubungan antara PKB dengan NU. Pertama, hubungan ideologis. NU dan PKB merupakan dua organisasi yang memiliki kesamaan dalam hal visi, misi, dan nilai-nilai perjuangan serta bersumber dari ajaran Islam dan khususnya "ahlussunnah wal jamaah".
Hubungan kedua merupakan hubungan historis, yaitu PKB didirikan oleh para tokoh NU yang merupakan Tim Sembilan. Sampai sejauh ini tokoh-tokoh pendiri PKB tersebut masih berkecimpung dan memperhatikan PKB.
Hubungan ketiga adalah hubungan yang bersifat aspiratif, yaitu PKB merupakan salah satu saluran untuk menyampaikan aspirasi, khususnya aspirasi politik.
Meski demikian, Adnan mengatakan bahwa hubungan tersebut tidak bersifat institusional antara NU dengan PKB, tetapi hubungan PKB dengan pribadi-pribadi yang merupakan warga NU.
"NU tidak bergerak dalam wilayah politik praktis dan hanya bergerak dalam wilayah aspiratif. Oleh karena itu, hubungan tersebut terjadi antarwarga NU secara individual," katanya.
"Selama ini hubungan keduanya sudah terjalin dengan baik.Bisa dibilang hubungan NU dan PKB di Jateng paling mesra se-Indonesia," katanya.
Adnan menambahkan, bahwa fakta di lapangan menunjukkan bahwa hubungan PKB dan ulama-ulama NU terjalin dengan sangat baik. Fakta tersebut sangat menggembirakan karena yang diuntungkan sesungguhnya warga NU.
Sementara itu, beberapa kiai yang hadir menyatakan sikapnya terhadap hubungan NU dan PKB saat ini. KH Ahmad Sa’id Asrori asal Magelang menyatakan bahwa kemesraan NU-PKB di Jateng yang sudah terjalin selama ini, tidak terlepas dari peran figur serta sosok pemimpin keduanya.
"Untuk mengatasi berbagai keluhan dari warga NU yang merasa diabaikan oleh PKB, maka perlu diadakan satu kerja sama antara PKB dengan NU agar kedua belah pihak saling memahami. Bahkan saat ini, cenderung hanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu di PKB untuk keuntungan mereka sendiri," tegasnya.
Hal senada disampaikan KH Chambali Utsman asal Tegal yang mengingatkan bahwa posisi NU sebenarnya jelas, yaitu berada pada garis Khittah 1926.
Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa jika PKB masih menganggap dirinya sebagai anak kandung NU, maka sebagai orang tua NU berkewajiban membina dan membantu perjuangan PKB.
Hal tersebut tidak menyalahi aturan karena dalam amanat politik muktamar disebutkan bahwa warga NU diharapkan memilih partai yang memiliki hubungan historis dengan NU.
Oleh sebab itu, KH Chambali berharap PKB menjadi "anak" yang baik dan tidak mendurhakai orang tuanya, demi memperjuangkan kebaikan bagi warga nahdliyin serta masyarakat Jawa Tengah.
"Hubungan selama ini terjalin sangat baik. PKB di bawah kepemimpinan Karding (Abdul Kadir Karding), sangat baik bekerja sama dengan NU. Dia mampu dan bisa mengakomodasi kepentingan nahdliyin. Begitu juga sebaliknya. Sosok itulah yang saat ini dibutuhkan oleh NU," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Syura PKB Jateng, KH Mahmudi Aman, mengungkapkan bahwa kepemimpinan PKB saat ini harus terus dilanjutkan karena sudah berpengalaman, teruji, memiliki jaringan luas, dan sudah punya nama.
"Kiai-kiai NU se-Jateng masih menginginkan sosok serta figur yang mampu membawa hubungan NU-PKB semakin baik, serta bisa terus berkolaborasi dan bekerja sama, untuk kemajuan NU dan PKB ke depan," jelasnya. (ad)