Namanya memang buah naga, tetapi buah ini bukan buah asli dari daratan Cina, berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

Pitaya atau Dragon Fruit begitu sebutan buah ini dalam bahasa Inggris, oleh masyarakat Tionghoa dianggap sebagai buah pembawa hoki atau keberuntungan yang senantiasa menghiasi altar pemujaan dewa menjelang Imlek.

Tak hanya bagi masyarakat Tionghoa, buah yang di Indonesia banyak dibudidayakan di Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Batam, dan ada baru satu kebun buah naga di Kota Semarang ini juga ternyata membawa hoki bagi para petani yang membudidayakan buah ini.


Sesaji dan Hoki
Buah dengan genus Hylocereus ini sangat lekat dengan tradisi Tionghoa, walaupun bukan buah asli dari Cina.

Bagi masyarakat Tionghoa, buah ini dipercaya membawa hoki atau keberuntungan yang senantiasa disajikan untuk para dewa bersama dengan buah dan tanaman lainnya seperti jeruk, tebu, bambu, pisang raja atau pisang mas, dan terong susu.

Saat perayaan Imlek, buah naga sering menjadi pendamping dua patung di meja altar persembahan bagi para dewa.

Bagi Lana (60) warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Semarang ini mengaku sudah menjadi keharusan untuk menyediakan buah naga saat perayaan Imlek untuk persembahan selain buah yang lainnya.

Lana mengaku bahwa buah-buahan yang biasa ia siapkan yang memiliki arti kemakmuran, panjang umur, keselamatan, dan kebahagiaan seperti jeruk atau "chi zhe", chi berarti rezeki dan zhe berarti buah atau buah pembawa rezeki. Selain itu, jeruk yang berwarna kuning sebagai simbol emas melambangkan kekayaan.

"Begitu juga dengan buah naga dengan warna merahnya melambangkan kemakmuran, sehingga dengan menyediakan buah naga juga menikmati buahnya diyakini akan mendapatkan kemakmuran di tahun berikutnya," katanya.

Untuk memastikan memperoleh buah naga pada saat perayaan Imlek, Lana mengaku harus memesan kepada petani karena lebih murah ketimbang membeli di pasar atau supermarket.

"Kebetulan saya kenal baik dengan pemilik kebun buah naga yang ada di Semarang," katanya.

Ibu Liem (45) mengakui sebagian masyarakat Tionghoa menyediakan buah naga dalam perayaan Imlek. Akan tetapi selain buah naga banyak juga yang hanya menyediakan buah-buahan lainnya dan paling umum adalah jeruk karena harganya lebih terjangkau dan mudah diperoleh.

Tidak hanya mereka masyarakat Tionghoa yang meyakini buah naga membawa hoki di tahun mendatang, tetapi buah ini ternyata juga membawa hoki bagi petani yang membudidayakannya.

Di Kota Semarang, salah satu pembudidaya buah naga yang berada di kawasan Marina, Tugino (42) mengaku dirinya banyak mendapat pesanan paket buah naga untuk keperluan perayaan Imlek.

Satu paket buah naga untuk keperluan perayaan Imlek biasanya berisi empat buah naga dan pesanan sudah banyak ia terima jauh hari sebelum perayaan Imlek.

Meskipun hasil panen tidak melimpah, Tugino mengaku dirinya masih tetap melayani permintaan buah naga dari sejumlah minimarket yang ada di Kota Bandung.

Soal harga, Tugino menyebutkan ada variasi harga misalnya untuk buah naga satu kilogram dengan dua hingga tiga biji harganya Rp25 ribu, sementara yang satu kilogram berisi empat buah harganya Rp20 ribu, satu kilogram berisi lima biji Rp15 ribu, dan yang lebih dari lima biji dijual dengan harga Rp10 ribu.

"Ini buah naga yang dalamnya warnanya merah hampir ungu dan rasanya sangat manis termasuk yang kecil. Berbeda dengan buah naga yang dalamnya berwarna putih," katanya.

Untuk harga buah naga yang dalamnya berwarna putih pun lebih murah berkisar Rp8.000 hingga Rp12 ribu per kilogram.

Tugino menambahkan jika hasil panen normal, dari luas area 2,8 hektare dapat diperoleh 35 ton buah naga atau selama dua hingga tiga hari panen diperoleh 600 kilogram buah naga.

Jika hasil panen 600 kilogram tersebut, misalnya seperempatnya yang berukuran besar (satu kilogram berisi berisi dua hingga tiga biji), maka hasilnya sesuai harga yang paling besar Rp25 ribu kali 150 kilogram atau Rp3.750.000, sedangkan yang berukuran besar satu kilogram berisi empat sampai lima biji juga seperempat hasil panen maka Rp20 ribu kali 150 kilogram atau Rp3 juta.

Sementara untuk ukuran sedang misalnya 150 kilogram maka Rp15 ribu dikalikan 150 atau Rp2.250.000, sedangkan sisanya misalnya berukuran kecil yakni 150 kilogram kali Rp10 ribu dan hasilnya Rp1,5 juta.

Berdasarkan hitungan tersebut saja, maka dalam dua hingga tiga hari panen saja, pengelola buah naga bisa mengantongi Rp10,5 juta.

Padahal masa panen buah naga dalam satu tahun adalah selama enam bulan berturut-turut, sementara enam bulan berikutnya masa istirahat tanaman sekaligus untuk pemulihan.

Tidak hanya hasil panen yang berdasarkan hitung-hitungan melimpah, tetapi keuntungan lainnya adalah dari seluruh hasil panen tersebut selalu terserap pasar atau jadi rebutan para konsumen. Bahkan tidak lagi pasar tradisional, tetapi mampu memenuhi kebutuhan minimarket.

"Bahkan banyak mereka yang datang ke sini untuk memperoleh langsung buah naga," katanya.

Sebagian orang menilai buah naga termasuk buah tergolong mewah karena harganya yang mahal dan jarang ditemukan di pasaran.

Partini (25) salah satu pedagang buah naga yang ditemui tengah menimbang buah naga di tempat Tugino mengaku dirinya sudah lama berlangganan membeli buah naga di tempat Tugino untuk kemudian dijualnya kembali.

"Biasanya saya jual lagi dari rumah ke rumah. Ya Alhamdulillah hasilnya lumayan," kata warga Tawangsari ini.


Manfaat Buah Naga
Tidak sekadar membawa hoki, buah yang berasal dari tanaman jenis kaktus ini juga dipercaya bermanfaat untuk kesehatan. Padahal awalnya, tanaman ini dulunya hanya dikenal sebagai tanaman hias.

Thang loy begitu buah ini disebut oleh masyarakat Tionghoa, mengandung banyak vitamin B1, B2, B3, C, zat besi, potasium, dan mineral lainnya dipercaya banyak memiliki khasiat bagi daya tahan dan metabolisme tubuh.

"Saya paling suka dengan buah naga karena selain rasanya yang enak juga memiliki khasiat untuk kesehatan," kata Tom (40) warga Semarang Timur.
Ayah dua anak ini mengaku lebih sering menikmati kelezatan buah naga dengan cara dijus karena warnanya yang terlihat menarik.

Hal sama juga diakui Lana. Selain bertepatan dengan momentum perayaan Imlek, ia mengaku juga sering mengkonsumsi buah naga dengan alasan banyak manfaat untuk kesehatan dirinya.

Sementara itu Ibu Yona (61) juga mengaku selalu mengkonsumsi buah naga sebagai terapi buah untuk mencegah datangnya penyakit, selain diimbangi dengan olahraga yang rutin.

"Saya kalau pagi hari selalu jalan sehat keliling kompleks perumahan setelah itu mengkonsumsi buah naga," katanya.

Ia mengaku terbiasa mengkonsumsi buah naga dalam bentuk buah yang dibelah kemudian buahnya dipotong-potong sehingga mempermudah untuk memakannya dan sebagian lagi dijus.

Menurut hasil penelitian Al Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, yang dilansir dalam laman internet buahnaga.us, menyebutkan bahwa buah ini dapat mencegah kanker usus, mencegah kandungan kolesterol tinggi dalam darah, dan menurunkan kadar lemak tubuh.


Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024