Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Yudi Pramadi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis menyebutkan, transaksi penjualan obligasi valas itu telah dilakukan pada 9 Januari 2012.

Transaksi tersebut merupakan bagian dari "Program Global Medium Term Notes (GMTN)" Republik Indonesia sebesar 15 miliar dolar AS.

Obligasi negara seri RI0142 itu memiliki jangka waktu 30 tahun, dengan tingkat kupon 5,25 persen, imbal hasil 5,375 persen, dan harga 98,148 persen.

Obligasi itu akan diterbitkan pada 17 Januari 2012 dan akan jatuh tempo pada 17 Januari 2042.

Total penawaran yang masuk (total order book) sebesar 3,6 miliar dolar AS sehingga terdapat kelebihan permintaan sebanyak 2,06 kali.

Pendistribusian sebesar 51 persen dilakukan untuk investor Amerika Serikat, 12 persen untuk Eropa, dan 37 persen untuk investor Asia, termasuk di dalamnya 15 persen untuk investor di Indonesia.

Berdasarkan jenis investor, pengalokasian penawaran yang diterima kepada "asset managers" adalah sebesar 73 persen, bank 20 persen, dan dana pensiun 4,0 persen, serta "private banking" 3,0 persen.

Penjualan obligasi negara valas kali ini memperoleh tingkat kupon dan imbal hasil terendah sepanjang sejarah penerbitan obligas valas dengan tenor 30 tahun.

Indonesia memperoleh rating BBB- (stable) dari Fitch, BB+ dari Standard and Poor, dan Ba1 (stable) dari Moody`s.

"Joint Lead Managers dan Joint Bookrunners" dalam transaksi ini adalah HSBC, JP Morgan, dan Standard Chartered, serta bertindak sebagai co-managers adalah PT Mandiri Sekuritas.

Sebelumnya pada 10 Januari 2011, Pemerintah menjual obligasi negara dalam rupiah sebesar Rp10 triliun melalui lelang lima seri surat utang negara (SUN). Lima seri SUN itu adalah SPN03120411 (penerbitan baru), SPN12130111 (penerbitan baru), FR0060 (penerbitan kembali), FR0061 (penerbitan kembali), dan FR0058 (penerbitan kembali).

Total penawaran yang masuk dalam lelang lima seri SUN itu sebesar Rp27,67 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp10 triliun.

Defisit Rp124,0 triliun

APBN 2012 menetapkan defisit sebesar Rp124,0 triliun atau 1,53 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu merupakan selisih antara total belanja negara sebesar Rp1.435,4 triliun dengan pendapatan negara dan penerimaan hibah sebesar Rp1.311,4 triliun.

Pembiayaan defisit APBN 2012 direncanakan berasal dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp125,91 triliun dan pembiayaan luar negeri (netto) yang diperkirakan sebesar negatif Rp1,89 triliun.

Pembiayaan dalam negeri sebesar Rp125,91 triliun terdiri atas perbankan dalam negeri sebesar Rp8,95 triliun dan non perbankan dalam negeri Rp116,97 triliun.

Sementara pembiayaan luar negeri netto sebesar negatif Rp1,89 triliun terdiri atas penarikan pinjaman luar negeri bruto Rp54,28 triliun, penerusan pinjaman sebesar negatif Rp8,91 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar negatif Rp47,26 triliun.

Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024