Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi V DPR RI yang membidangi infrastruktur dan perhubungan Mochamad Herviano menilai pembangunan Flyover atau Jembatan Layang Madukoro menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan di Kota Semarang.
"Saya sangat mengapresiasi Kementerian Pekerjaan Umum yang telah berhasil menyelesaikan pembangunan Flyover Madukoro," katanya, dalam pernyataan yang diterima di Semarang, Jumat.
Menurut dia, kemacetan di Simpang Madukoro yang selama ini menjadi momok bagi warga akhirnya terurai berkat hadirnya jembatan layang tersebut.
Lebih dari sekadar solusi kemacetan, polititikus PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Jawa Tengah I yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga itu mengatakan Jembatan Layang Madukoro memiliki dampak positif yang luas.
"Kemacetan dapat menghambat perekonomian, karena ada pemborosan bahan bakar dan waktu. Dengan hadirnya 'flyover' ini, akses warga akan lebih hemat, dan dampak positifnya terasa langsung," katanya.
Ia juga menyinggung manfaat lingkungan, mengingat pengurangan kemacetan tentunya berdampak pada berkurangnya polusi udara.
"Selain itu, 'flyover' ini bisa mengurangi stres dan masalah kesehatan yang dipicu kemacetan," kata Herviano.
Ditambahkannya, Jembatan Layang Madukoro juga berpotensi besar mendongkrak sektor pariwisata di Kota Semarang.
"Flyover Madukoro kini menjadi ikon baru Semarang, yang menarik bagi wisatawan. Ini berdampak positif bagi ekonomi kreatif dan pariwisata," katanya.
Ia pun mendorong pemerintah untuk terus berinovasi dalam membangun infrastruktur yang mampu mengurangi kemacetan di daerah padat penduduk.
"Manfaatnya tidak hanya langsung dirasakan, tapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kita perlu lebih banyak terobosan infrastruktur seperti ini," katanya.
Selain itu, desain Jembatan Layang Madukoro juga menarik perhatian, dengan ornamen Warak Ngendhog yang menjadi simbol persatuan etnis di Kota Semarang, dan relief Pandawa Lima yang menjadi daya tarik tersendiri.
Proyek senilai Rp199 miliar tersebut menggunakan teknologi mortar busa yang dinilai efisien dan berkualitas tinggi, dengan panjang total 1.500 meter menghubungkan Jalan Arteri Yos Sudarso dengan Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas.
Peresmian Jembatan Layang Madukoro menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan perencanaan yang matang mampu menghasilkan perubahan positif bagi masyarakat.
"Proyek ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pembangunan infrastruktur di daerah lain di Indonesia," katanya.
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto meresmikan secara langsung operasional Jembatan Layang Madukoro, Rabu (11/12) lalu.
"Saya sangat mengapresiasi Kementerian Pekerjaan Umum yang telah berhasil menyelesaikan pembangunan Flyover Madukoro," katanya, dalam pernyataan yang diterima di Semarang, Jumat.
Menurut dia, kemacetan di Simpang Madukoro yang selama ini menjadi momok bagi warga akhirnya terurai berkat hadirnya jembatan layang tersebut.
Lebih dari sekadar solusi kemacetan, polititikus PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Jawa Tengah I yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga itu mengatakan Jembatan Layang Madukoro memiliki dampak positif yang luas.
"Kemacetan dapat menghambat perekonomian, karena ada pemborosan bahan bakar dan waktu. Dengan hadirnya 'flyover' ini, akses warga akan lebih hemat, dan dampak positifnya terasa langsung," katanya.
Ia juga menyinggung manfaat lingkungan, mengingat pengurangan kemacetan tentunya berdampak pada berkurangnya polusi udara.
"Selain itu, 'flyover' ini bisa mengurangi stres dan masalah kesehatan yang dipicu kemacetan," kata Herviano.
Ditambahkannya, Jembatan Layang Madukoro juga berpotensi besar mendongkrak sektor pariwisata di Kota Semarang.
"Flyover Madukoro kini menjadi ikon baru Semarang, yang menarik bagi wisatawan. Ini berdampak positif bagi ekonomi kreatif dan pariwisata," katanya.
Ia pun mendorong pemerintah untuk terus berinovasi dalam membangun infrastruktur yang mampu mengurangi kemacetan di daerah padat penduduk.
"Manfaatnya tidak hanya langsung dirasakan, tapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kita perlu lebih banyak terobosan infrastruktur seperti ini," katanya.
Selain itu, desain Jembatan Layang Madukoro juga menarik perhatian, dengan ornamen Warak Ngendhog yang menjadi simbol persatuan etnis di Kota Semarang, dan relief Pandawa Lima yang menjadi daya tarik tersendiri.
Proyek senilai Rp199 miliar tersebut menggunakan teknologi mortar busa yang dinilai efisien dan berkualitas tinggi, dengan panjang total 1.500 meter menghubungkan Jalan Arteri Yos Sudarso dengan Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas.
Peresmian Jembatan Layang Madukoro menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan perencanaan yang matang mampu menghasilkan perubahan positif bagi masyarakat.
"Proyek ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pembangunan infrastruktur di daerah lain di Indonesia," katanya.
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto meresmikan secara langsung operasional Jembatan Layang Madukoro, Rabu (11/12) lalu.