Semarang (ANTARA) - Telkom University dan University of Wolonggong (UOW) Australia mengembangkan sistem pemantauan banjir dan rob yang disebut dengan mata pasang (tide-eye) sebagai upaya deteksi dini terhadap bencana alam.
"Ini salah satu kegiatan dari Telkom University berkolaborasi dengan University of Wolonggong yang didukung Pemerintah Australia," kata Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kerja Sama Telkom University Dr. Rina Pudji Astuti, di Semarang, Rabu.
Pembiayaan riset "tide eye" tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan Indonesia di bawah Program Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (Koneksi) 2023.
"Telkom University merupakan salah satu dari 38 universitas yang diberikan kesempatan untuk berkontribusi melalui program-program yang bermanfaat, seperti sekarang," katanya.
Ketua Tim Riset Tide Eye Indonesia Miftadi Sudja’i menjelaskan bahwa teknologi "tide eye" ditujukan sebagai langkah mitigasi terhadap bencana banjir dan rob yang sering melanda Pantura Jawa Tengah.
"Banjir dan rob merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari 'climate change' dan penurunan tanah. Jadi, bagaimana membuat solusi agar ada mitigasi yang responnya cepat kalau misalnya terjadi banjir dan rob seperti di Kaligawe, misalnya," katanya.
Ia menyebutkan perangkat "tide eye" sudah terpasang di empat lokasi, yakni Rumah Pompa Sibulanan Kota Pekalongan, Rumah Pompa Yos Sudarso Semarang, Rumah Pompa Sungai Babon di Kawasan Industri Terboyo Semarang, dan rumah pompa di Sayung, Kabupaten Demak.
"Alatnya sudah terpasang. Jadi, ada dua jenis kamera 'vision' apa visual dan radar yang untuk membaca dinamika banjir rob, kemudian ini infrastruktur jaringan melalui jaringan 'wireless' fiber optik untuk jaringan internetnya," katanya.
Data yang terekam dari kamera dan radar tersebut, kata dia, disimpan di "server" yang diolah dengan teknologi artificial intelligence (AI) yang bisa dimanfaatkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana di bawah Kementerian PUPR.
"Jadi, dia bisa punya kemampuan membaca dan memprediksi kemudian tentu pemanfaatannya bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai 'early warning system'," katanya.
Sementara itu, Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Muhammad Rizal mengapresiasi penerapan teknologi yang dikembangkan Telkom University untuk antisipasi banjir dan rob.
"Kami mendorong mungkin tidak hanya di Semarang, tetapi di tempat-tempat lain. Tapi, khusus dengan rob memang paling pas di sekitar Semarang, Demak, dan Pekalongan," katanya.
Ria Arief selaku Unit Manager, Knowledge to Policy Unit, DFAT Australian Embassy Jakarta menambahkan bahwa pihaknya mendukung program kemitraan riset antarinstitusi pendidikan di dua negara.
"Ini merupakan salah satu terobosan. Karena risetnya memberikan dampak (positif, red), bukan riset biasa. Dan memiliki perspektif Gedsi (Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial)," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang antisipasi bencana banjir
"Ini salah satu kegiatan dari Telkom University berkolaborasi dengan University of Wolonggong yang didukung Pemerintah Australia," kata Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kerja Sama Telkom University Dr. Rina Pudji Astuti, di Semarang, Rabu.
Pembiayaan riset "tide eye" tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan Indonesia di bawah Program Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (Koneksi) 2023.
"Telkom University merupakan salah satu dari 38 universitas yang diberikan kesempatan untuk berkontribusi melalui program-program yang bermanfaat, seperti sekarang," katanya.
Ketua Tim Riset Tide Eye Indonesia Miftadi Sudja’i menjelaskan bahwa teknologi "tide eye" ditujukan sebagai langkah mitigasi terhadap bencana banjir dan rob yang sering melanda Pantura Jawa Tengah.
"Banjir dan rob merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari 'climate change' dan penurunan tanah. Jadi, bagaimana membuat solusi agar ada mitigasi yang responnya cepat kalau misalnya terjadi banjir dan rob seperti di Kaligawe, misalnya," katanya.
Ia menyebutkan perangkat "tide eye" sudah terpasang di empat lokasi, yakni Rumah Pompa Sibulanan Kota Pekalongan, Rumah Pompa Yos Sudarso Semarang, Rumah Pompa Sungai Babon di Kawasan Industri Terboyo Semarang, dan rumah pompa di Sayung, Kabupaten Demak.
"Alatnya sudah terpasang. Jadi, ada dua jenis kamera 'vision' apa visual dan radar yang untuk membaca dinamika banjir rob, kemudian ini infrastruktur jaringan melalui jaringan 'wireless' fiber optik untuk jaringan internetnya," katanya.
Data yang terekam dari kamera dan radar tersebut, kata dia, disimpan di "server" yang diolah dengan teknologi artificial intelligence (AI) yang bisa dimanfaatkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana di bawah Kementerian PUPR.
"Jadi, dia bisa punya kemampuan membaca dan memprediksi kemudian tentu pemanfaatannya bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai 'early warning system'," katanya.
Sementara itu, Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Muhammad Rizal mengapresiasi penerapan teknologi yang dikembangkan Telkom University untuk antisipasi banjir dan rob.
"Kami mendorong mungkin tidak hanya di Semarang, tetapi di tempat-tempat lain. Tapi, khusus dengan rob memang paling pas di sekitar Semarang, Demak, dan Pekalongan," katanya.
Ria Arief selaku Unit Manager, Knowledge to Policy Unit, DFAT Australian Embassy Jakarta menambahkan bahwa pihaknya mendukung program kemitraan riset antarinstitusi pendidikan di dua negara.
"Ini merupakan salah satu terobosan. Karena risetnya memberikan dampak (positif, red), bukan riset biasa. Dan memiliki perspektif Gedsi (Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial)," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang antisipasi bencana banjir