Purbalingga (ANTARA) - Tim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, melakukan survei terhadap bakal lokasi pemasangan alat sensor seismograf atau pemantauan gempa bumi di wilayah itu.
"Hari ini, tim kami bersama BPBD Kabupaten Purbalingga melakukan survei tersebut," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo saat dihubungi dari Purbalingga, Rabu sore.
Menurut dia, pemasangan alat sensor seismograf di Purbalingga ditujukan untuk kerapatan jaringan karena aktivitas kegempaan wilayah tersebut cukup masif.
Selain itu, kata dia, pemasangan sensor tersebut juga ditujukan untuk memantau aktivitas kegempaan yang diduga dipicu dari sesar-sesar aktif.
"Hingga saat ini, pemasangan sensor seismograf di Jawa Tengah telah dilakukan di 23 titik," katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Prayitno mengatakan survei bakal lokasi pemasangan alat sensor seismograf tersebut dilakukan di titik terpilih yang sesuai dengan ketentuan teknis, yakni di Dusun Purwodari, Desa Cendana, Kecamatan Kutasari.
Menurut dia, kondisi titik tersebut merupakan batuan keras yang secara kebetulan berada di lahan seluas 231.300 meter persegi milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
"Luas lahan yang dipakai hanya sekitar 10x10 meter," katanya.
Selain menggunakan peralatan modern, kata dia, pemilihan titik lokasi tersebut juga harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti lokasi merupakan daerah terbuka yang bebas dari halangan, lokasi sekitar lingkungan pengamatan tidak berubah dalam kurun waktu relatif lama, jarak dari jalan utama lebih kurang 100 meter, adanya akses listrik dan internet, serta jarak dengan pemukiman atau bangunan di sekitarnya lebih kurang 30 meter.
Ia mengatakan pemasangan alat sensor seismograf tersebut dilatarbelakangi oleh kejadian gempa bumi yang secara beruntun melanda beberapa wilayah Indonesia, sehingga menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa.
"Dalam rangka mendukung keselamatan masyarakat terhadap bahaya gempa bumi dan tsunami serta sebagai upaya mitigasi terhadap bencana tersebut, pemerintah pusat melalui BMKG terus berupaya meningkatkan kecepatan dan akurasi informasi gempa bumi, antara lain dengan memasang sensor pemantauan gempa bumi atau seismograf," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, hingga tahun 2023 telah dilakukan pemasangan alat sensor seismograf di 438 lokasi se-Indonesia.
Menurut dia, Purbalingga menjadi salah satu dari 48 titik pemasangan sensor seismograf di berbagai wilayah Indonesia melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Program (IDRIP).
"Di Jawa Tengah ada tiga titik lokasi, yakni Kabupaten Semarang, Sragen, dan Purbalingga. Pembangunan shelter dan pemasangan alat akan dimulai pada akhir September 2024, sedangkan izin lokasi juga telah dikeluarkan oleh Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Purbalingga pada Juni 2023," kata Prayitno.*
Baca juga: BMKG: SLCN merupakan program nasional yang penting bagi nelayan
"Hari ini, tim kami bersama BPBD Kabupaten Purbalingga melakukan survei tersebut," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo saat dihubungi dari Purbalingga, Rabu sore.
Menurut dia, pemasangan alat sensor seismograf di Purbalingga ditujukan untuk kerapatan jaringan karena aktivitas kegempaan wilayah tersebut cukup masif.
Selain itu, kata dia, pemasangan sensor tersebut juga ditujukan untuk memantau aktivitas kegempaan yang diduga dipicu dari sesar-sesar aktif.
"Hingga saat ini, pemasangan sensor seismograf di Jawa Tengah telah dilakukan di 23 titik," katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Prayitno mengatakan survei bakal lokasi pemasangan alat sensor seismograf tersebut dilakukan di titik terpilih yang sesuai dengan ketentuan teknis, yakni di Dusun Purwodari, Desa Cendana, Kecamatan Kutasari.
Menurut dia, kondisi titik tersebut merupakan batuan keras yang secara kebetulan berada di lahan seluas 231.300 meter persegi milik Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
"Luas lahan yang dipakai hanya sekitar 10x10 meter," katanya.
Selain menggunakan peralatan modern, kata dia, pemilihan titik lokasi tersebut juga harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti lokasi merupakan daerah terbuka yang bebas dari halangan, lokasi sekitar lingkungan pengamatan tidak berubah dalam kurun waktu relatif lama, jarak dari jalan utama lebih kurang 100 meter, adanya akses listrik dan internet, serta jarak dengan pemukiman atau bangunan di sekitarnya lebih kurang 30 meter.
Ia mengatakan pemasangan alat sensor seismograf tersebut dilatarbelakangi oleh kejadian gempa bumi yang secara beruntun melanda beberapa wilayah Indonesia, sehingga menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa.
"Dalam rangka mendukung keselamatan masyarakat terhadap bahaya gempa bumi dan tsunami serta sebagai upaya mitigasi terhadap bencana tersebut, pemerintah pusat melalui BMKG terus berupaya meningkatkan kecepatan dan akurasi informasi gempa bumi, antara lain dengan memasang sensor pemantauan gempa bumi atau seismograf," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG, hingga tahun 2023 telah dilakukan pemasangan alat sensor seismograf di 438 lokasi se-Indonesia.
Menurut dia, Purbalingga menjadi salah satu dari 48 titik pemasangan sensor seismograf di berbagai wilayah Indonesia melalui program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Program (IDRIP).
"Di Jawa Tengah ada tiga titik lokasi, yakni Kabupaten Semarang, Sragen, dan Purbalingga. Pembangunan shelter dan pemasangan alat akan dimulai pada akhir September 2024, sedangkan izin lokasi juga telah dikeluarkan oleh Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Purbalingga pada Juni 2023," kata Prayitno.*
Baca juga: BMKG: SLCN merupakan program nasional yang penting bagi nelayan