Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah, menjamin stok elpiji berisi 3 kilogram masih aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir 2024, meski bahan yang mudah terbakar itu mengalami kenaikan harga.
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid, di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM bahwa kenaikan elpiji bersubsidi ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan.
"Akan tetapi, saat kami turun langsung mengecek ke lapangan perihal penyebab kenaikan elpiji secara signifikan. Untuk Kota Pekalongan, ketersediaan elpiji masih aman hingga akhir 2024," katanya.
Menurut dia, pihaknya secara intensif berkomunikasi dan berkoordinasi terkait arahan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah pusat seperti apa.
Namun, kata dia, langkah Pemkot Pekalongan yang terpenting yang diinginkan adalah kenaikan elpiji 3 kilogram tidak terlalu memberatkan masyarakat.
"Operasi pasar menurut saya juga wajib dan jangan sampai ada kelangkaan elpiji. Yang terpenting stok aman tinggal harga nanti kami cari formula agar tidak memberatkan dan mengurangi daya beli masyarakat," katanya.
Elpiji berisi 3 kilogram ini mengalami kenaikan harga semula Rp15.500 per tabung kini naik menjadi Rp18 ribu per tabung, terhitung mulai 9 September 2024.
Kenaikan harga ini tercantum dalam Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah Nomor 540/20 Tahun 2024 tentang Harga Eceran Tertinggi Liquified Petroleum Gas tabung 3 kilogram pada titik serah subpenyalur/pangkalan.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kota Pekalongan Supriono mengatakan alokasi tabung elpiji bersubsidi selama satu tahun ini sebesar 14.251 metrik ton atau sekitar 4.750.333 tabung setara 395.861 tabung per bulan.
"Hingga akhir Agustus 2024 sudah tersalurkan sekitar 3.142.160 tabung atau 392.770 tabung per bulan. Artinya saat ini masih tersisa 1.608.173 tabung hingga akhir 2024," katanya pula.
Baca juga: Pemkot Surakarta gencarkan pengawasan elpiji
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid, di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM bahwa kenaikan elpiji bersubsidi ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan.
"Akan tetapi, saat kami turun langsung mengecek ke lapangan perihal penyebab kenaikan elpiji secara signifikan. Untuk Kota Pekalongan, ketersediaan elpiji masih aman hingga akhir 2024," katanya.
Menurut dia, pihaknya secara intensif berkomunikasi dan berkoordinasi terkait arahan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah pusat seperti apa.
Namun, kata dia, langkah Pemkot Pekalongan yang terpenting yang diinginkan adalah kenaikan elpiji 3 kilogram tidak terlalu memberatkan masyarakat.
"Operasi pasar menurut saya juga wajib dan jangan sampai ada kelangkaan elpiji. Yang terpenting stok aman tinggal harga nanti kami cari formula agar tidak memberatkan dan mengurangi daya beli masyarakat," katanya.
Elpiji berisi 3 kilogram ini mengalami kenaikan harga semula Rp15.500 per tabung kini naik menjadi Rp18 ribu per tabung, terhitung mulai 9 September 2024.
Kenaikan harga ini tercantum dalam Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah Nomor 540/20 Tahun 2024 tentang Harga Eceran Tertinggi Liquified Petroleum Gas tabung 3 kilogram pada titik serah subpenyalur/pangkalan.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kota Pekalongan Supriono mengatakan alokasi tabung elpiji bersubsidi selama satu tahun ini sebesar 14.251 metrik ton atau sekitar 4.750.333 tabung setara 395.861 tabung per bulan.
"Hingga akhir Agustus 2024 sudah tersalurkan sekitar 3.142.160 tabung atau 392.770 tabung per bulan. Artinya saat ini masih tersisa 1.608.173 tabung hingga akhir 2024," katanya pula.
Baca juga: Pemkot Surakarta gencarkan pengawasan elpiji