Semarang (ANTARA) - Pameran Pikat Wastra Nusantara yang merupakan rangkaian kegiatan Festival Kota Lama Semarang mengenalkan desain fashion sekaligus menghadirkan peragaan busana atau fashion show dari delapan desainer ternama Indonesia, serta pameran UMKM dan IKM fashion yang menampilkan beragam produk nusantara.
"Ini satu permulaan bagaimana UMKM di Kota Semarang dan IKM bisa melesat menjadi UMKM naik kelas," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat membuka Pikat Wastra Nusantara, di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang, Kamis (12/9).
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini mengakui masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan untuk menjadikan Kota Semarang sebagai kota yang terkenal akan fashion-nya.
"Dulu di tahun 2015 kan Kota Semarang sudah dicanangkan sebagai kota fashion, namun tidak berkembang karena terkendala COVID-19. Harapannya tidak hanya ada Jakarta Fashion Week atau Bandung Fashion Week tapi juga Semarang Fashion Week," kata Mbak Ita.
Desainer Indonesia Samuel Wattimena yang juga pencetus ide Pameran Pikat Wastra Nusantara menyebut jika fashion adalah bagian dari kehidupan keseharian masyarakat, karenanya dirinya membuat pameran kecil mengenai fashion dengan bahan ramah lingkungan terbuat dari sisa kain dan warna alam.
"Jadi dengan baju dari bahan sisa dan pewarna alam atau dia bahan alam yang diolah. Kami melakukan upcycle dan recycle," kata Samuel.
Di era gempuran berbagai produk asing, Samuel meminta pelaku fashion ikut mensosialisasikan dan memperkenalkan budaya Indonesia melalui fashion show.
"Praktis anak muda sangat tahu fashion-nya Korea, tapi apakah tahu Batik dari Bantul, Batik dari Kendal. Mayoritas gak tahu dan bukan salah mereka. Kenapa bukan salah mereka, karena kita orang-orang fashion juga tidak mensosialisasikannya ke mereka. Oleh karena itu ini jadi pekerjaan bersama-sama untuk memperkenalkan secara singkat di sini," katanya.
"Ini satu permulaan bagaimana UMKM di Kota Semarang dan IKM bisa melesat menjadi UMKM naik kelas," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat membuka Pikat Wastra Nusantara, di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang, Kamis (12/9).
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini mengakui masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan untuk menjadikan Kota Semarang sebagai kota yang terkenal akan fashion-nya.
"Dulu di tahun 2015 kan Kota Semarang sudah dicanangkan sebagai kota fashion, namun tidak berkembang karena terkendala COVID-19. Harapannya tidak hanya ada Jakarta Fashion Week atau Bandung Fashion Week tapi juga Semarang Fashion Week," kata Mbak Ita.
Desainer Indonesia Samuel Wattimena yang juga pencetus ide Pameran Pikat Wastra Nusantara menyebut jika fashion adalah bagian dari kehidupan keseharian masyarakat, karenanya dirinya membuat pameran kecil mengenai fashion dengan bahan ramah lingkungan terbuat dari sisa kain dan warna alam.
"Jadi dengan baju dari bahan sisa dan pewarna alam atau dia bahan alam yang diolah. Kami melakukan upcycle dan recycle," kata Samuel.
Di era gempuran berbagai produk asing, Samuel meminta pelaku fashion ikut mensosialisasikan dan memperkenalkan budaya Indonesia melalui fashion show.
"Praktis anak muda sangat tahu fashion-nya Korea, tapi apakah tahu Batik dari Bantul, Batik dari Kendal. Mayoritas gak tahu dan bukan salah mereka. Kenapa bukan salah mereka, karena kita orang-orang fashion juga tidak mensosialisasikannya ke mereka. Oleh karena itu ini jadi pekerjaan bersama-sama untuk memperkenalkan secara singkat di sini," katanya.