Magelang (ANTARA) - Sebanyak 13 finalis dari 216 peserta mengikuti presentasi kompetisi opini yang digelar dalam Ruwat Rawat Borobudur tahun 2024.
Ketua Ruwat Rawat Borobudur Sucoro di Magelang, Jawa Tengah, Kamis, menyampaikan bahwa sebenarnya ada 18 finalis tetapi yang bisa hadir sebanyak 13 orang, sedangkan lima orang lainnya tidak bisa datang.
Menurut dia, tujuan dari penyelenggaraan kompetisi opini itu sebenarnya untuk mencari atau menelisik tentang nilai spiritualitas.
"Nilai spiritualitas itu berupa etika dan norma. Selama ini norma dan etika itu menurut pandangan kami semakin kabur. Borobudur hanya dipahami sebagai daerah tujuan wisata yang kurang menyertakan tentang nilai spiritualitas," katanya.
Padahal, kata dia, Candi Borobudur tidak bisa dipisahkan dari nilai spiritualitas.
"Banyak orang yang tidak menganggap penting tentang nilai spiritualitas, mereka hanya memahami Borobudur sebagai daerah tujuan wisata," katanya.
Dirjen Bimas Buddha Kemenag Supriyadi mengatakan, dalam rangka memberikan sebuah makna dari sebuah warisan dunia yang wajib untuk terus dijadikan semangat untuk mendorong peradaban Bangsa Indonesia.
"Tidak kalah penting dengan opini Borobudur yang bertajuk spiritualitas. Semangat ini akan terus kita gelorakan agar tidak lupa dan menjadi bagian dari kehidupan kita agar bisa bermakna pada kehidupan selanjutnya," kata dia.
Ia mendukung kegiatan kompetisi opini yang dilakukan dalam Rawat Ruwat Borobudur ini. Kebetulan apa yang dilakukan memberikan makna terhadap Candi Borobudur dalam rangka kebijakan pemerintah terkait dengan Borobudur.
"Kami mendukung upaya ini, dan diharapkan kerja sama dapat terus berlanjut. Bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat atas pemahaman Borobudur dari sisi spiritualitas," katanya.
Penanggung Jawab Museum dan Cagar Budaya Unit Borobudur Wiwit Kasiyati mengemukakan Ruwat Rawat Borobudur dalam dua tahun terakhir tidak hanya menggelar festival seni budaya, tetapi juga sudah mengarah ke ilmu pengetahuan.
"Nilai-nilai spiritualitas yang kita angkat dua tahun ini, karena memang bisa dipahami bersama Candi Borobudur ini lebih dipandang dari aspek pariwisata, masyarakat secara umum lebih paham ke pariwisata , sementara di satu sisi Candi Borobudur ini tidak hanya fisik candi saja tetapi ada nilai-nilai spiritualitas yang lintas agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME," katanya.
Ia menyampaikan bahwa Candi Borobudur ini milik Indonesia, milik dunia, milik semua agama, milik masyarakat lokal, yang harus bersama-sama dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Kemajuan Borobudur diharapkan memajukan wisata daerah sekitar
Ketua Ruwat Rawat Borobudur Sucoro di Magelang, Jawa Tengah, Kamis, menyampaikan bahwa sebenarnya ada 18 finalis tetapi yang bisa hadir sebanyak 13 orang, sedangkan lima orang lainnya tidak bisa datang.
Menurut dia, tujuan dari penyelenggaraan kompetisi opini itu sebenarnya untuk mencari atau menelisik tentang nilai spiritualitas.
"Nilai spiritualitas itu berupa etika dan norma. Selama ini norma dan etika itu menurut pandangan kami semakin kabur. Borobudur hanya dipahami sebagai daerah tujuan wisata yang kurang menyertakan tentang nilai spiritualitas," katanya.
Padahal, kata dia, Candi Borobudur tidak bisa dipisahkan dari nilai spiritualitas.
"Banyak orang yang tidak menganggap penting tentang nilai spiritualitas, mereka hanya memahami Borobudur sebagai daerah tujuan wisata," katanya.
Dirjen Bimas Buddha Kemenag Supriyadi mengatakan, dalam rangka memberikan sebuah makna dari sebuah warisan dunia yang wajib untuk terus dijadikan semangat untuk mendorong peradaban Bangsa Indonesia.
"Tidak kalah penting dengan opini Borobudur yang bertajuk spiritualitas. Semangat ini akan terus kita gelorakan agar tidak lupa dan menjadi bagian dari kehidupan kita agar bisa bermakna pada kehidupan selanjutnya," kata dia.
Ia mendukung kegiatan kompetisi opini yang dilakukan dalam Rawat Ruwat Borobudur ini. Kebetulan apa yang dilakukan memberikan makna terhadap Candi Borobudur dalam rangka kebijakan pemerintah terkait dengan Borobudur.
"Kami mendukung upaya ini, dan diharapkan kerja sama dapat terus berlanjut. Bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat atas pemahaman Borobudur dari sisi spiritualitas," katanya.
Penanggung Jawab Museum dan Cagar Budaya Unit Borobudur Wiwit Kasiyati mengemukakan Ruwat Rawat Borobudur dalam dua tahun terakhir tidak hanya menggelar festival seni budaya, tetapi juga sudah mengarah ke ilmu pengetahuan.
"Nilai-nilai spiritualitas yang kita angkat dua tahun ini, karena memang bisa dipahami bersama Candi Borobudur ini lebih dipandang dari aspek pariwisata, masyarakat secara umum lebih paham ke pariwisata , sementara di satu sisi Candi Borobudur ini tidak hanya fisik candi saja tetapi ada nilai-nilai spiritualitas yang lintas agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME," katanya.
Ia menyampaikan bahwa Candi Borobudur ini milik Indonesia, milik dunia, milik semua agama, milik masyarakat lokal, yang harus bersama-sama dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Kemajuan Borobudur diharapkan memajukan wisata daerah sekitar