Purbalingga (ANTARA) - Bupati Purbalingga, Jawa Tengah Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan Pawai Budaya Grebeg Suran dalam rangka ruwat bumi di Desa Selakambang, kabupaten setempat merupakan salah satu wujud pelestarian budaya lokal.
Saat menghadiri Pawai Budaya Grebeg Suran di Lapangan Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Sabtu, bupati mengatakan selain untuk melestarikan budaya lokal, kegiatan tersebut memiliki banyak manfaat.
"Tanpa disadari dengan kumpul seperti ini sama dengan ikut menguri-uri tradisi masyarakat Jawa di Purbalingga. Mengguyubrukunkan masyarakat yang ada di Selakambang, meningkatkan kekompakan kebersamaan masyarakat," katanya.
Menurut dia, kegiatan Grebeg Suran sejatinya merupakan ekspresi syukur masyarakat kepada Allah SWT atas karunia dan kenikmatan yang diberikan kepada umat manusia, mulai dari hasil bumi yang melimpah, udara yang segar, air yang terus mengalir, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kata dia, kenikmatan yang diberikan Allah SWT wajib disyukuri oleh seluruh umat manusia, khususnya warga Desa Selakambang.
"Semoga dengan bersyukur, Allah paring rida, Desa Selakambang dihindarkan dari bala bencana, masyarakatnya disehatkan, dipanjangkan umurnya, dan diluaskan rezekinya," kata bupati.
Sementara itu, Kepala Desa Selakambang Bambang Wibowo mengatakan Grebeg Suran yang diselenggarakan secara swadaya menjadi bukti keguyubrukunan warga Desa Selakambang.
Menurut dia, Pawai Budaya Grebeg Suran tersebut membawa lima gunungan hasil bumi, di antaranya berisi buah dan sayuran.
Setelah diarak dalam Pawai Budaya Grebeg Suran, kata dia, lima gunungan hasil bumi tersebut diperebutkan oleh masyarakat.
"Selain Pawai Budaya Grebeg Suran, rangkaian kegiatan ruwat bumi dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk bersama Ki Dalang Sigit Djono Saputro," katanya.
Saat menghadiri Pawai Budaya Grebeg Suran di Lapangan Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Sabtu, bupati mengatakan selain untuk melestarikan budaya lokal, kegiatan tersebut memiliki banyak manfaat.
"Tanpa disadari dengan kumpul seperti ini sama dengan ikut menguri-uri tradisi masyarakat Jawa di Purbalingga. Mengguyubrukunkan masyarakat yang ada di Selakambang, meningkatkan kekompakan kebersamaan masyarakat," katanya.
Menurut dia, kegiatan Grebeg Suran sejatinya merupakan ekspresi syukur masyarakat kepada Allah SWT atas karunia dan kenikmatan yang diberikan kepada umat manusia, mulai dari hasil bumi yang melimpah, udara yang segar, air yang terus mengalir, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kata dia, kenikmatan yang diberikan Allah SWT wajib disyukuri oleh seluruh umat manusia, khususnya warga Desa Selakambang.
"Semoga dengan bersyukur, Allah paring rida, Desa Selakambang dihindarkan dari bala bencana, masyarakatnya disehatkan, dipanjangkan umurnya, dan diluaskan rezekinya," kata bupati.
Sementara itu, Kepala Desa Selakambang Bambang Wibowo mengatakan Grebeg Suran yang diselenggarakan secara swadaya menjadi bukti keguyubrukunan warga Desa Selakambang.
Menurut dia, Pawai Budaya Grebeg Suran tersebut membawa lima gunungan hasil bumi, di antaranya berisi buah dan sayuran.
Setelah diarak dalam Pawai Budaya Grebeg Suran, kata dia, lima gunungan hasil bumi tersebut diperebutkan oleh masyarakat.
"Selain Pawai Budaya Grebeg Suran, rangkaian kegiatan ruwat bumi dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk bersama Ki Dalang Sigit Djono Saputro," katanya.