Cilacap (ANTARA) - Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Budi Setyawan mengatakan jumlah warga yang terdampak krisis air bersih di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus bertambah.
"Hingga saat ini, jumlah warga yang terdampak krisis air bersih telah mencapai 1.227 keluarga yang terdiri atas 4.410 jiwa atau bertambah dari dua pekan sebelumnya sebanyak 1.173 keluarga yang terdiri atas 4.206 jiwa," kata Budi di Cilacap, Senin.
Kendati demikian, dia mengatakan wilayah yang terdampak krisis air bersih tersebut masih sama, yakni sebanyak 10 desa di 6 kecamatan.
Dalam hal ini, kata dia, wilayah yang mengalami krisis air bersih meliputi Desa Bojong dan Ujungmanik (Kecamatan Kawunganten), Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayungn(Kecamatan Patimuan), Desa Gintungreja dan Karanggintung (Kecamatan Gandrungmangu), Desa Rawajaya (Kecamatan Bantarsari), Desa Karang Kemiri (Kecamatan Jeruklegi), serta Desa Panikel (Kecamatan Kampunglaut).
Menurut dia, wilayah yang mengalami krisis air bersih itu tidak semata-mata kekeringan akibat musim kemarau.
"Jadi ada warga di beberapa desa seperti Ujungmanik dan Panikel yang sumurnya sebenarnya masih ada airnya. Namun air sumur tersebut terintrusi air laut sehingga tidak layak konsumsi," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan hingga saat ini, BPBD Kabupaten Cilacap telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 24 tangki atau setara 120.000 liter yang bersumber dari APBD Kabupaten Cilacap tahun 2024 untuk warga yang mengalami krisis air bersih.
Menurut dia, pihaknya siap menyalurkan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh pemerintah desa setempat.
"Kami mengimbau masyarakat untuk senantiasa bijak dalam menggunakan air bersih karena berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, wilayah Cilacap akan segera memasuki puncak musim kemarau," kata Budi.
Baca juga: BMKG imbau Jateng waspadai kekeringan di puncak musim kemarau
"Hingga saat ini, jumlah warga yang terdampak krisis air bersih telah mencapai 1.227 keluarga yang terdiri atas 4.410 jiwa atau bertambah dari dua pekan sebelumnya sebanyak 1.173 keluarga yang terdiri atas 4.206 jiwa," kata Budi di Cilacap, Senin.
Kendati demikian, dia mengatakan wilayah yang terdampak krisis air bersih tersebut masih sama, yakni sebanyak 10 desa di 6 kecamatan.
Dalam hal ini, kata dia, wilayah yang mengalami krisis air bersih meliputi Desa Bojong dan Ujungmanik (Kecamatan Kawunganten), Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayungn(Kecamatan Patimuan), Desa Gintungreja dan Karanggintung (Kecamatan Gandrungmangu), Desa Rawajaya (Kecamatan Bantarsari), Desa Karang Kemiri (Kecamatan Jeruklegi), serta Desa Panikel (Kecamatan Kampunglaut).
Menurut dia, wilayah yang mengalami krisis air bersih itu tidak semata-mata kekeringan akibat musim kemarau.
"Jadi ada warga di beberapa desa seperti Ujungmanik dan Panikel yang sumurnya sebenarnya masih ada airnya. Namun air sumur tersebut terintrusi air laut sehingga tidak layak konsumsi," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan hingga saat ini, BPBD Kabupaten Cilacap telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 24 tangki atau setara 120.000 liter yang bersumber dari APBD Kabupaten Cilacap tahun 2024 untuk warga yang mengalami krisis air bersih.
Menurut dia, pihaknya siap menyalurkan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh pemerintah desa setempat.
"Kami mengimbau masyarakat untuk senantiasa bijak dalam menggunakan air bersih karena berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, wilayah Cilacap akan segera memasuki puncak musim kemarau," kata Budi.
Baca juga: BMKG imbau Jateng waspadai kekeringan di puncak musim kemarau