Pati (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyiapkan anggaran untuk kebencanaan sebesar Rp500 juta, termasuk untuk antisipasi musim kemarau karena ada desa di Pati yang mengalami kekeringan.
"Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau mulai bulan Mei 2024 dan puncaknya pada bulan Juli 2024. Namun, karena fenomena El Nino tidak terjadi, meskipun kemarau masih sering turun hujan sehingga cuacanya termasuk kemarau basah," kata Kepala Pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Rabu.
Akan tetapi, kata dia, saat ini sudah ada satu desa, yakni Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo, yang mengajukan bantuan pendistribusian air bersih karena warganya mengalami kekeringan.
Hingga saat ini, kata dia, BPBD Pati sudah mendistribusikan 10 truk tangki berkapasitas 5.000 liter.
"Tentunya pihak lain juga ikut peduli, seperti PMI serta para relawan karena di Pati juga ada relawan yang peduli terhadap warga yang terdampak kekeringan," ujarnya.
Kalaupun ada desa lain yang mengalami kekeringan, maka BPBD juga siap mendistribusikan air bersih.
Pengalaman tahun 2023, kata Budi, desa yang terdampak kekeringan mencapai 94 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Termasuk di Desa Donorejo, Kecamatan Tayu yang masih memiliki vegetasi cukup banyak.
Untuk antisipasi dampak musim kemarau, desa setempat juga sudah membuat sumur dalam serta menyiapkan bak penampungan di sejumlah titik.
Penjabat Bupati Pati Henggar Budi Anggoro memastikan Kabupaten Pati lebih siap menghadapi musim kemarau, karena didukung anggaran yang cukup dan persiapan yang matang, serta faktor jenis kemarau yang tidak menimbulkan dampak kekeringan yang signifikan.
"Untuk saat ini pasokan air terbesar yang berada di Kabupaten Pati terdapat pada Waduk Gembong dengan volume air 90 persen. Semoga kemarau tahun ini tidak separah kemarau tahun lalu yang baru selesai pada akhir November sehingga menyebabkan pasokan air di Waduk Gembong habis," ujarnya.
Selain itu, kata Henggar, juga terdapat Waduk Gunung Rowo dengan volume air 60 persen sebagai cadangan air di daerah utara.
Ia juga mengapresiasi bantuan dari banyak pihak yang ikut berpartisipasi dalam penanggulangan kekeringan di wilayah Kabupaten Pati. Sedangkan langkah untuk mengurangi dampak kemarau, salah satunya dengan membuat daerah resapan air pada daerah yang rawan banjir sehingga pasokan air tersebut dapat mengurangi debit air saat banjir serta sebagai cadangan air saat musim kemarau.*
Baca juga: BPBD Kota Surakarta siap antisipasi dampak musim kemarau
"Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau mulai bulan Mei 2024 dan puncaknya pada bulan Juli 2024. Namun, karena fenomena El Nino tidak terjadi, meskipun kemarau masih sering turun hujan sehingga cuacanya termasuk kemarau basah," kata Kepala Pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Rabu.
Akan tetapi, kata dia, saat ini sudah ada satu desa, yakni Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo, yang mengajukan bantuan pendistribusian air bersih karena warganya mengalami kekeringan.
Hingga saat ini, kata dia, BPBD Pati sudah mendistribusikan 10 truk tangki berkapasitas 5.000 liter.
"Tentunya pihak lain juga ikut peduli, seperti PMI serta para relawan karena di Pati juga ada relawan yang peduli terhadap warga yang terdampak kekeringan," ujarnya.
Kalaupun ada desa lain yang mengalami kekeringan, maka BPBD juga siap mendistribusikan air bersih.
Pengalaman tahun 2023, kata Budi, desa yang terdampak kekeringan mencapai 94 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Termasuk di Desa Donorejo, Kecamatan Tayu yang masih memiliki vegetasi cukup banyak.
Untuk antisipasi dampak musim kemarau, desa setempat juga sudah membuat sumur dalam serta menyiapkan bak penampungan di sejumlah titik.
Penjabat Bupati Pati Henggar Budi Anggoro memastikan Kabupaten Pati lebih siap menghadapi musim kemarau, karena didukung anggaran yang cukup dan persiapan yang matang, serta faktor jenis kemarau yang tidak menimbulkan dampak kekeringan yang signifikan.
"Untuk saat ini pasokan air terbesar yang berada di Kabupaten Pati terdapat pada Waduk Gembong dengan volume air 90 persen. Semoga kemarau tahun ini tidak separah kemarau tahun lalu yang baru selesai pada akhir November sehingga menyebabkan pasokan air di Waduk Gembong habis," ujarnya.
Selain itu, kata Henggar, juga terdapat Waduk Gunung Rowo dengan volume air 60 persen sebagai cadangan air di daerah utara.
Ia juga mengapresiasi bantuan dari banyak pihak yang ikut berpartisipasi dalam penanggulangan kekeringan di wilayah Kabupaten Pati. Sedangkan langkah untuk mengurangi dampak kemarau, salah satunya dengan membuat daerah resapan air pada daerah yang rawan banjir sehingga pasokan air tersebut dapat mengurangi debit air saat banjir serta sebagai cadangan air saat musim kemarau.*
Baca juga: BPBD Kota Surakarta siap antisipasi dampak musim kemarau