Cilacap (ANTARA) - Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) "Mino Saroyo" Untung Jayanto mengatakan hasil tangkapan nelayan di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai meningkat seiring dengan datangnya musim angin timuran yang merupakan masa panen bagi nelayan setempat.

"Alhamdulillah tangkapan mulai membaik, ada peningkatan, ikan layur juga mulai bermunculan. Hanya memang masih ada kendala di harga meskipun ada peningkatan sedikit," kata Untung di Cilacap, Rabu.

Ia mengakui belum mendapatkan info terbaru terkait dengan harga layur karena ikan tersebut baru bermunculan, namun harga ikan tuna yang sebelumnya Rp30.000 per kilogram, s
 sekarang sudah mencapai kisaran Rp38.000-Rp40.000/kg.

Jika dibandingkan dengan periode tahun 2022 hingga awal 2023, kata dia, harga ikan tuna tersebut masih tergolong anjlok karena saat itu bisa mencapai Rp55.000/kg.

"Kalau cumi, kemarin di tahun 2023 sebesar Rp11.000/kg, sekarang sudah mencapai Rp17.000-Rp18.000/kg. Ada peningkatan," katanya.

Disinggung mengenai ubur-ubur, dia mengatakan hingga saat ini binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa tersebut belum bermunculan di perairan selatan Kabupaten Cilacap.

Ia menduga hal itu disebabkan ubur-ubur yang biasa bermunculan saat musim kemarau terbawa arus air laut seiring dengan masih sering terjadinya hujan.

"Padahal kalau ada ubur-ubur bisa menambah pendapatan nelayan kecil yang saat ini terkendala gelombang tinggi. Area penangkapan ubur-ubur 'kan dekat, jadi nelayan bisa dua-tiga kali melaut," katanya.

Ia mengakui saat ini gelombang tinggi mulai sering terjadi di perairan selatan Kabupaten Cilacap karena sudah mendekati puncak musim angin timuran, sehingga banyak nelayan kecil atau nelayan tradisional yang terkendala untuk melaut.

Menurut dia, nelayan-nelayan kecil itu harus benar-benar memerhatikan kondisi gelombang ketika hendak berangkat melaut.

"Biasanya mereka berangkat dini hari ketika gelombang belum tinggi dan kembali ke daratan pada siang hari saat angin mulai kencang. Paling tidak, hasil tangkapannya dapat menutup biaya operasional yang bisa mencapai Rp500.000 per hari," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau seluruh nelayan untuk tetap memerhatikan risiko tinggi gelombang sebelum berangkat melaut demi keselamatan selama melakukan pelayaran.

Disinggung nilai transaksi di 8 tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola KUD "Mino Saroyo", dia mengatakan pihaknya hingga saat ini masih merekap hasil transaksi pelelangan ikan selama bulan Juni.

"Namun kami berharap nilai transaksi pelelangan ikan pada tahun 2024 minimal dapat seperti tahun 2023 yang mencapai Rp117 miliar," kata Untung.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengimbau nelayan untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi hingga sangat di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada puncak musim angin timuran yang diprakirakan akan berlangsung pada bulan Juli-Agustus.

Dalam hal ini, kata dia, pola angin yang bertiup searah dengan kecepatan tinggi berpotensi mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi.

"Oleh karena itu, kami mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di laut selatan Jabar-DIY, baik wilayah perairan maupun Samudra Hindia yang berlaku mulai hari ini (3/7) hingga Kamis (4/7) dan akan kami perbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," katanya.

Ia mengatakan peringatan dini tersebut dikeluarkan karena tinggi gelombang 2,5-4 meter yang masuk kategori tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY.

Menurut dia, gelombang tinggi tersebut dipicu oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari arah timur hingga tenggara dengan kecepatan berkisar 8-30 knot.

Baca juga: Tanggul Laut Tambaklorok diproyeksikan jadi destinasi wisata baru

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024