Semarang (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Semarang menegaskan bahwa kualitas sekolah-sekolah negeri, terutama sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sudah sama sehingga tidak ada lagi istilah sekolah "favorit".

"Sekolah sekarang ini sama, tidak ada (sekolah, red.) favorit dan tidak favorit," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bambang Pramusinto, usai peluncuran dan sosialisasi sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 di SMPN 5 Semarang, Kamis.

Ia mencontohkan SMPN 43 yang berada di wilayah pinggiran, tetapi bisa membuat solar dari bahan sampah plastik, demikian pula sekolah-sekolah yang lain.

"Sekolah-sekolah pinggir aja prestasinya bagus. SMPN 43 walaupun sekolah di pinggiran tapi bisa membuat solar dari sampah plastik. Semua tergantung kreativitas kepala sekolahnya," katanya.

Artinya, kata dia, masyarakat tidak perlu memaksakan untuk masuk ke sekolah-sekolah tertentu, apalagi sampai melakukan sesuatu yang melanggar karena PPDB saat ini sudah diawasi banyak pihak.

"Kalau mau masukkan anaknya (ke sekolah tertentu, red.), lihat dulu. Apakah ada prestasi. Kalau enggak, ya masuk aja (sistem , red.) zonasi. Kalau kebetulan RT-nya melekat dengan satuan pendidikan, ya sudah sekolah di situ saja," katanya.

Bagi yang memiliki piagam, kata dia, bisa melalui jalur prestasi dengan menyertakan bukti kejuaraan yang diikutinya, baik dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional.

"Kan ada skornya, tingkat provinsi berapa, kota berapa. Kalau punya piagam tingkat nasional, mau pilih sekolah mana aja bisa," katanya.

Bambang juga mengingatkan masyarakat agar tidak percaya dengan oknum-oknum tertentu yang menjanjikan bisa memasukkan anaknya ke sekolah tertentu.

"Saya sampaikan kepada masyarakat, tidak usah percaya pada oknum. Karena kami melakukan PPDB sudah 'by system'," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti berharap penyelenggaraan PPDB pada tahun ini untuk SD dan SMP negeri bisa berjalan dengan lancar.

"Saya juga harus sampaikan kepada orang tua. Jangan berkecil hati kalau mungkin putra putrinya tidak diterima di sekolah negeri," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.

Menurut dia, banyak sekolah swasta yang sudah terfasilitasi bantuan operasional sekolah (BOS) dari Pemerintah Kota Semarang, atau bisa juga beasiswa dari dinas pendidikan.

Terutama bagi masyarakat tidak mampu, kata dia, ada juga program Gerakan Bersama Orang Tua Asuh untuk Pengembangan Hari Masa Depan (Gerbang Harapan) yang memfasilitasi uang saku bagi siswa.

Baca juga: Berikut daftar 19 SD yang alami penggabungan oleh Pemkot Surakarta

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024