Cilacap (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor (IPB) University dan PT PLN Energi Primer Indonesia yang merupakan subholding PT PLN (Persero) mengembangkan ekosistem biomassa dengan menggandeng tiga badan usaha milik desa di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"Hari ini kita melaksanakan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) atau kesepahaman bersama antara tiga BUMDes di tiga kecamatan dan PT Artha Daya Coalindo (anak perusahaan PT PLN Indonesia Power) dalam produksi biomassa kayu," kata Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University Dr Meika Syahbana Rusli dalam acara "FGD dan Penandatanganan MoU Pilot Project Pembangunan Ekosistem Biomassa untuk Suistainabilitas Biomassa Cofiring PLTU Adipala" di Pendopo Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, Kamis.

Ia mengatakan pihaknya atas nama IPB University sejak 2021 mendapat kepercayaan dari PT PLN (Persero) khususnya PLN Energi Indonesia untuk melakukan kajian ketersediaan lahan kering yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi biomassa agar kebutuhan biomassa kayu pada PLTU bisa tercukupi.

Menurut dia, kegiatan tersebut diisi dengan sosialisasi program dan pelatihan kepada masyarakat petani di kecamatan terpilih yang lokasinya dekat dengan PLTU Adipala.

"Kemudian pada bulan September tahun lalu bulan September diputuskan untuk memberikan bantuan tanaman energi yang diperlukan dan beberapa petani sudah menjalankannya sendiri," katanya.

Selanjutnya pada 2024, kata dia, pihaknya kembali ditugaskan oleh PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) untuk melakukan proyek yang diberi judul ekosistem biomassa untuk keberlanjutan pasokan biomassa tersebut.

Ia mengakui untuk memproduksi biomassa secara kerakyatan itu memerlukan partisipasi dan keterlibatan banyak pihak, tidak hanya petani.

Oleh karena itu, kata dia, perlu organisasi atau kelembagaan berupa BUMDes yang bisa mengurus segala sesuatu termasuk membuat perjanjian kerja sama dengan PT Artha Daya Coalindo selaku pembeli dan pemasok biomassa yang dihasilkan ke PLTU Adipala.

Meika mengatakan biomassa tersebut diproduksi dengan prinsip ramah lingkungan dan dibudidayakan dengan memerhatikan hal-hal yang diharapkan berdampak positif terhadap lingkungan.

Menurut dia, masyarakat tidak perlu khawatir karena program tersebut tidak berakibat pada pembukaan hutan.

"Ketika kita melaksanakan program ekosistem ini, kita menanam tanaman itu sebagaimana kita menanam padi menghasilkan beras. Kita juga menanam pohon energi, menanam tanaman untuk memberi kita panen," katanya.

Sementara itu, Manajer Pengembangan Bisnis, Teknologi, dan Pemasaran Biomassa PLN EPI Odi Sefriadi mengatakan biomassa merupakan salah satu bahan bakar ramah lingkungan yang sangat memungkinkan diimplementasikan di Indonesia untuk menggantikan batubara maupun energi fosil lainnya.

Bahkan, kata dia, penyediaan energi biomassa bisa menyentuh segala aspek, mulai dari kelompok tani perangkat-perangkat desa, pemerintahan, dan akademisi termasuk mesin-mesin penggerak rantai suplai.

Sementara itu dalam penyediaan energi fosil, kata dia, hanya dapat dilakukan oleh golongan tertentu karena tidak setiap orang tidak bisa membuka tambang batubara atau menjadi distributor bahan bakar minyak maupun elpiji.

Dia mengatakan hasil penanaman tanaman energi tersebut akan dikonversi menjadi bahan bakar di PLTU Adipala.

"Jadi program pemerintah yang dicanangkan dan dideklarasikan di Indonesia itu adalah zero emission di tahun 2060. Artinya, kita tidak menggunakan bahan bakar fosil di tahun 2062, dan biomassa menjadi salah satu yang bisa menjadi substitusi bahan bakar fosil tersebut," katanya.

Saat sekarang, kata dia, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar di PLTU Adipala baru sebesar 3 persen, dan selebihnya yang 97 persen berupa batu bara.

Ke depan, lanjut dia, persentase penggunaan biomassa tersebut akan terus ditingkatkan.
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024