Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terus mengoptimalkan upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) karena saat ini masih tergolong tinggi di wilayah itu.
"Angka kematian ibu dan angka kematian bayi kita masih tinggi, karena untuk AKI menjadi tertinggi keempat dan AKB menjadi tertinggi ketiga di Jawa Tengah," kata Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro di Purwokerto, Banyumas, Sabtu.
Oleh karena itu, pihaknya memiliki program yang tidak hanya memantau ibu hamil seperti yang telah dijalankan selama ini, namun ibu yang hendak menjalani persalinan juga harus didampingi dan dipastikan kesehatannya dalam kondisi prima.
Selain itu, kata dia, sarana dan prasarana kesehatannya, termasuk dokter dan tenaga kesehatan, yang membantu proses persalinan juga harus siap.
"Semua yang terbaik supaya tidak meninggal dunia," katanya.
Menurut dia, ibu-ibu rumah tangga berusia di atas 40 tahun yang telah memiliki anak, terutama yang berisiko tinggi sebaiknya tidak hamil lagi.
"Kalau yang sudah sepuh-sepuh ini hamil lagi, nanti menjadi risiko tinggi kematian ibu dan balita," katanya.
Terkait dengan hal itu, ia mengimbau ibu-ibu berisiko tinggi tersebut untuk mengikuti program keluarga berencana (KB).
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Widyana Grehastuti mengatakan pada tahun 2023 di wilayah setempat terdapat 22.677 ibu hamil dan sekitar 27,39 persen di antaranya diketahui masuk kategori risiko tinggi atau sebanyak 6.213 ibu hamil.
"Pada tahun 2023 tercatat 19 kasus kematian ibu. Paling banyak disebabkan oleh penyakit bawaan seperti tumor otak, hati kronis, dan sebagainya sebanyak enam kasus, kemudian pendarahan sebanyak lima kasus, preeklamsia sebanyak lima kasus, serta jantung, TBC, dan emboli air ketuban masing-masing satu kasus," katanya.
Ia mengaku optimistis kasus kematian ibu di Banyumas pada tahun 2024 dapat diturunkan karena dari 19 kasus kematian ibu pada tahun 2023, sebanyak 17 kasus sebenarnya masuk kategori dapat dicegah.
Untuk angka kematian bayi, kata dia, tercatat 256 kasus dengan faktor penyebab tertinggi berupa bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 98 kasus.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan jika dalam pemantauan ke depan, pihaknya akan fokus terhadap berat badan bayi.
Baca juga: Banyumas jadi percontohan program Kencana di Jateng
"Angka kematian ibu dan angka kematian bayi kita masih tinggi, karena untuk AKI menjadi tertinggi keempat dan AKB menjadi tertinggi ketiga di Jawa Tengah," kata Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro di Purwokerto, Banyumas, Sabtu.
Oleh karena itu, pihaknya memiliki program yang tidak hanya memantau ibu hamil seperti yang telah dijalankan selama ini, namun ibu yang hendak menjalani persalinan juga harus didampingi dan dipastikan kesehatannya dalam kondisi prima.
Selain itu, kata dia, sarana dan prasarana kesehatannya, termasuk dokter dan tenaga kesehatan, yang membantu proses persalinan juga harus siap.
"Semua yang terbaik supaya tidak meninggal dunia," katanya.
Menurut dia, ibu-ibu rumah tangga berusia di atas 40 tahun yang telah memiliki anak, terutama yang berisiko tinggi sebaiknya tidak hamil lagi.
"Kalau yang sudah sepuh-sepuh ini hamil lagi, nanti menjadi risiko tinggi kematian ibu dan balita," katanya.
Terkait dengan hal itu, ia mengimbau ibu-ibu berisiko tinggi tersebut untuk mengikuti program keluarga berencana (KB).
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Widyana Grehastuti mengatakan pada tahun 2023 di wilayah setempat terdapat 22.677 ibu hamil dan sekitar 27,39 persen di antaranya diketahui masuk kategori risiko tinggi atau sebanyak 6.213 ibu hamil.
"Pada tahun 2023 tercatat 19 kasus kematian ibu. Paling banyak disebabkan oleh penyakit bawaan seperti tumor otak, hati kronis, dan sebagainya sebanyak enam kasus, kemudian pendarahan sebanyak lima kasus, preeklamsia sebanyak lima kasus, serta jantung, TBC, dan emboli air ketuban masing-masing satu kasus," katanya.
Ia mengaku optimistis kasus kematian ibu di Banyumas pada tahun 2024 dapat diturunkan karena dari 19 kasus kematian ibu pada tahun 2023, sebanyak 17 kasus sebenarnya masuk kategori dapat dicegah.
Untuk angka kematian bayi, kata dia, tercatat 256 kasus dengan faktor penyebab tertinggi berupa bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 98 kasus.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan jika dalam pemantauan ke depan, pihaknya akan fokus terhadap berat badan bayi.
Baca juga: Banyumas jadi percontohan program Kencana di Jateng