Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar pasar murah hingga operasi pasar untuk menjaga kestabilan harga komoditas pangan, terutama beras yang saat ini harganya naik di pasaran.
"Upaya dari Pemprov Jateng, ada langkah-langkah operasi pasar dan pasar murah di Dinas Ketahanan Pangan untuk menjaga kestabilan," kata Sekretaris Daerah Jateng Sumarno di Semarang, Rabu.
Diakuinya, bencana banjir yang baru saja menerjang Kabupaten Grobogan, Demak, dan Kudus memang berdampak terhadap pasokan beras karena daerah-daerah itu merupakan sentra penghasil beras.
"Kondisi (banjir) di Demak itu ternyata dampaknya luar biasa. (Sawah) Yang tergenang hampir 2.000 hektare. Terus yang di Grobogan ternyata juga banyak sekali yang tergenang malah lebih banyak lagi ada 5.000 ha," katanya.
Di saat yang sama, diakuinya, musim panen di lahan-lahan pertanian di Jateng memang mundur sehingga belum bisa banyak berkontribusi mencukupi stok beras di wilayah tersebut.
Sumarno memperkirakan musim panen raya padi di Jateng akan terjadi mendekati bulan April 2024, tetapi saat ini sebenarnya sudah ada beberapa daerah sentra beras yang panen meski tidak serentak.
"Kemarin sudah berdiskusi dengan Pak Pj (Pj Gubernur Jateng) bahwa ini kan sudah ada beberapa yang panen. Pak Pj mau mengadakan kegiatan panen di sentra-sentra (beras)," katanya.
Selain itu, kata dia, dimungkinkan masih ada padi yang bisa diselamatkan meski sempat terendam banjir, dan Pemprov Jateng juga akan membantu, termasuk dari Kementerian Pertanian.
"Nanti padi-padi yang bisa dipanen akan dibantu Kementan. Kementan juga akan membantu, utamanya asuransi. Kedua, akan dibantu bibit. Kemarin bantuannya bibit itu hampir dua kali lipat dari lahan yang tergenang," katanya.
Mengenai kerugian yang diakibatkan banjir di Grobogan, Demak dan Kudus, Sumarno mengaku sejauh ini besaran kerugian akibat bencana alam tersebut masih dalam proses pendataan.
Baca juga: Harga beras di Solo naik terus, Gibran siap tindak lanjut
"Upaya dari Pemprov Jateng, ada langkah-langkah operasi pasar dan pasar murah di Dinas Ketahanan Pangan untuk menjaga kestabilan," kata Sekretaris Daerah Jateng Sumarno di Semarang, Rabu.
Diakuinya, bencana banjir yang baru saja menerjang Kabupaten Grobogan, Demak, dan Kudus memang berdampak terhadap pasokan beras karena daerah-daerah itu merupakan sentra penghasil beras.
"Kondisi (banjir) di Demak itu ternyata dampaknya luar biasa. (Sawah) Yang tergenang hampir 2.000 hektare. Terus yang di Grobogan ternyata juga banyak sekali yang tergenang malah lebih banyak lagi ada 5.000 ha," katanya.
Di saat yang sama, diakuinya, musim panen di lahan-lahan pertanian di Jateng memang mundur sehingga belum bisa banyak berkontribusi mencukupi stok beras di wilayah tersebut.
Sumarno memperkirakan musim panen raya padi di Jateng akan terjadi mendekati bulan April 2024, tetapi saat ini sebenarnya sudah ada beberapa daerah sentra beras yang panen meski tidak serentak.
"Kemarin sudah berdiskusi dengan Pak Pj (Pj Gubernur Jateng) bahwa ini kan sudah ada beberapa yang panen. Pak Pj mau mengadakan kegiatan panen di sentra-sentra (beras)," katanya.
Selain itu, kata dia, dimungkinkan masih ada padi yang bisa diselamatkan meski sempat terendam banjir, dan Pemprov Jateng juga akan membantu, termasuk dari Kementerian Pertanian.
"Nanti padi-padi yang bisa dipanen akan dibantu Kementan. Kementan juga akan membantu, utamanya asuransi. Kedua, akan dibantu bibit. Kemarin bantuannya bibit itu hampir dua kali lipat dari lahan yang tergenang," katanya.
Mengenai kerugian yang diakibatkan banjir di Grobogan, Demak dan Kudus, Sumarno mengaku sejauh ini besaran kerugian akibat bencana alam tersebut masih dalam proses pendataan.
Baca juga: Harga beras di Solo naik terus, Gibran siap tindak lanjut