Semarang (ANTARA) - Keluarga besar Trah Sultan Hamengkubuwono II berharap presiden dan wakil presiden terpilih dapat memperjuangkan dikembalikannya aset-aset milik Sultan Hamengkubuwono II yang dirampas Inggris dalam peristiwa Geger Sepehi Juni 1812 atau Geger Sepoy.
Fajar Bagoes Poetranto, perwakilan trah Hamengkubuwono II berharap aset-aset dan manuskrip tersebut dapat dikembalikan ke pihak keluarga trah Sultan Hamengkubuwono II karena bernilai terhadap sejarah masa pemerintahan Sultan HB II dan sejarah perjalanan Negara Indonesia.
"Peran Keraton terhadap perjalanan Negara ini juga sangat besar. Ikut melawan penjajah. Kami berharap jangan lupakan sejarah dan perjuangan para raja dan rakyat Yogyakarta dalam menghadapi penjajah. Hargai perjuangan dan nyawa rakyat Yogyakarta yang gugur di masa perang dahulu," kata Bagoes.
Bagoes yang juga merupakan Ketua Yayasan Vasiatii Socaning Lokika mengatakan dari sejumlah lembaga survei dalam hitung cepat, Capres Prabowo Subianto unggul pada Pemilu 2024 dan hal itu lebih tepat karena Probowo juga merupakan keturunan Hamengkubuwono II garis keturunan dari Bendoro Pangeran Haryo Kartosono /Murdaningrat.
"Kami berharap Bapak Prabowo Subianto yang masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II dapat mendukung pencalonan pahlawan nasional dan dapat mendukung pengembalian manuskrip milik Sultan HB II yang dirampas Inggris dalam peristiwa Geger Sepehi 1812. Kami juga berharap Kerajaan Inggris dapat meminta maaf kepada anak dan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II terkait peristiwa Geger Sepehi 1812,” kata Bagoes.
Sementara itu Ahli Filologi KRT Manu J Widyaseputra yang juga pendiri Yayasan Kapuk Salamba Arga menegaskan langkah yang dilakukan oleh keluarga besar Trah Sultan HB II dalam mengembalikan manuskrip asli milik HB II perlu mendapat dukungan sejumlah pihak termasuk dirinya melalui Yayasan Kapuk Salamba Arga.
"Ada banyak naskah yang akan dipelajari dan diterjemahkan antara lain Serat Keramat Kangjeng Kyai Suryorojo, Babad Sepei, Babad Segaluh. Babad Sengkala ,Babad Giyanti Brangtakusuman, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan, Babad Sengkala , Serat Bedhaya Tunjung Anom, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan. Ada Babad Giyanti Brangtakusuman,Serat Menak Brangta,Serat Ménak Rengganis, Serat Menak Ganggamina-Ganggamurti," jelas Manu.
Dukungan untuk mengembalikan aset manuskrip asli milik Sultan HB II juga datang dari peneliti dan penulis sejarah Lilik Suharmaji.
"Ini merupakan kepentingan Negara Indonesia, karena itu Indonesia berhak meminta kembali aset 40 manuskrip milik Sri Sultan Hamengku Buwono II yang dirampas Inggris dari Keraton Yogyakarta dalam Perang Sepehi atau Geger Sepoy pada Juni 1812," katanya.
Menurut Lilik manuskrip tersebut bisa menjadi sarana untuk pembelajaran tentang masa lalu dan memperkaya khazanah pengetahuan tentang Indonesia, terutama Keraton Yogyakarta.
Fajar Bagoes Poetranto, perwakilan trah Hamengkubuwono II berharap aset-aset dan manuskrip tersebut dapat dikembalikan ke pihak keluarga trah Sultan Hamengkubuwono II karena bernilai terhadap sejarah masa pemerintahan Sultan HB II dan sejarah perjalanan Negara Indonesia.
"Peran Keraton terhadap perjalanan Negara ini juga sangat besar. Ikut melawan penjajah. Kami berharap jangan lupakan sejarah dan perjuangan para raja dan rakyat Yogyakarta dalam menghadapi penjajah. Hargai perjuangan dan nyawa rakyat Yogyakarta yang gugur di masa perang dahulu," kata Bagoes.
Bagoes yang juga merupakan Ketua Yayasan Vasiatii Socaning Lokika mengatakan dari sejumlah lembaga survei dalam hitung cepat, Capres Prabowo Subianto unggul pada Pemilu 2024 dan hal itu lebih tepat karena Probowo juga merupakan keturunan Hamengkubuwono II garis keturunan dari Bendoro Pangeran Haryo Kartosono /Murdaningrat.
"Kami berharap Bapak Prabowo Subianto yang masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II dapat mendukung pencalonan pahlawan nasional dan dapat mendukung pengembalian manuskrip milik Sultan HB II yang dirampas Inggris dalam peristiwa Geger Sepehi 1812. Kami juga berharap Kerajaan Inggris dapat meminta maaf kepada anak dan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II terkait peristiwa Geger Sepehi 1812,” kata Bagoes.
Sementara itu Ahli Filologi KRT Manu J Widyaseputra yang juga pendiri Yayasan Kapuk Salamba Arga menegaskan langkah yang dilakukan oleh keluarga besar Trah Sultan HB II dalam mengembalikan manuskrip asli milik HB II perlu mendapat dukungan sejumlah pihak termasuk dirinya melalui Yayasan Kapuk Salamba Arga.
"Ada banyak naskah yang akan dipelajari dan diterjemahkan antara lain Serat Keramat Kangjeng Kyai Suryorojo, Babad Sepei, Babad Segaluh. Babad Sengkala ,Babad Giyanti Brangtakusuman, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan, Babad Sengkala , Serat Bedhaya Tunjung Anom, Serat Arjunawijaya, Serat Ramabadra Jawi, Serat Beksan Menak Mangkarawaten, Serat Srimpi Jemparingan. Ada Babad Giyanti Brangtakusuman,Serat Menak Brangta,Serat Ménak Rengganis, Serat Menak Ganggamina-Ganggamurti," jelas Manu.
Dukungan untuk mengembalikan aset manuskrip asli milik Sultan HB II juga datang dari peneliti dan penulis sejarah Lilik Suharmaji.
"Ini merupakan kepentingan Negara Indonesia, karena itu Indonesia berhak meminta kembali aset 40 manuskrip milik Sri Sultan Hamengku Buwono II yang dirampas Inggris dari Keraton Yogyakarta dalam Perang Sepehi atau Geger Sepoy pada Juni 1812," katanya.
Menurut Lilik manuskrip tersebut bisa menjadi sarana untuk pembelajaran tentang masa lalu dan memperkaya khazanah pengetahuan tentang Indonesia, terutama Keraton Yogyakarta.