Cilacap (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, optimistis harga beras kualitas medium di pasaran segera turun karena area persawahan di sejumlah kecamatan mulai memasuki masa panen disusul dengan panen raya yang diperkirakan berlangsung pada April 2024.
"Kami optimistis harga beras bisa segera turun, apalagi saat ini sebagian wilayah Maos dan Sampang sedang panen, disusul kecamatan lainnya," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Cilacap M Wijaya di Cilacap, Rabu.
Disinggung mengenai harga eceran beras kualitas medium yang telah mencapai Rp15.000 per kilogram, dia mengaku terkejut karena hal itu tidak mungkin terjadi di Cilacap yang merupakan salah satu lumbung padi Jawa Tengah.
Menurut dia, selama ini Pemkab Cilacap telah bekerja sama dengan Perum Bulog Cabang Banyumas dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto untuk menggelar operasi pasar dalam rangka mengendalikan harga beras di pasaran.
"Titik-titiknya kami pantau. Kami bisa melaksanakan operasi pasar itu satu minggu bisa tiga kali, hari Sabtu, Minggu, dan Senin, sekali operasi sekitar 4 ton," katanya.
Selain itu, kata dia, Pemkab Cilacap telah meminta badan usaha milik petani (BUMP) setempat untuk memasok beras ke pasar umum dengan harga yang lebih murah.
Bahkan, lanjut dia, penyaluran bantuan pangan cadangan beras pemerintah juga dilakukan di Cilacap.
"Makanya tidak masuk akal kalau kemudian harga beras naik lagi. Apalagi kita surplus 300 ribu ton per tahun, itu kalau dua musim tanam, kalau tiga musim tanam bisa mencapai 350 ribu hingga 400 ribu ton per tahun," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui ketika masa panen tiba, truk-truk milik pengusaha dari luar daerah berdatangan ke Cilacap untuk membeli gabah hasil panen petani.
Menurut dia, pihaknya tidak mungkin meminta para pedagang dari luar daerah itu untuk pergi karena mereka berani membeli gabah dengan harga yang tinggi.
"Jadi, kami itu sebenarnya dilematis, kita 'kan produsen aslinya. Kalau yang namanya produsen mesti ingin harganya tinggi, konsumen ingin harganya rendah, logikanya seperti itu," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan Pemkab Cilacap melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat terus berupaya mengendalikan inflasi yang merupakan program nasional.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan terus memantau perkembangan harga beras di pasaran dan melaporkannya ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar dapat dilakukan operasi pasar jika dalam tiga pekan tidak terjadi penurunan. "Insyaallah nanti sebentar lagi turun 'lah, pasti turun," kata Wijaya menegaskan.
Salah seorang pedagang di Pasar Sidodadi, Hartini mengatakan harga beras medium saat ini mencapai Rp15.000 per kilogram. "Mungkin nanti saat panen raya, insyaallah harganya turun. Semoga bisa turun," katanya.
Pedagang beras lainnya, Wati mengatakan kenaikan harga beras kualitas medium tersebut berlangsung secara bertahap sejak melonjak dari sebelumnya yang berada di kisaran Rp10.000/kg menjadi Rp13.000/kg.
Setelah bertahan cukup lama di kisaran Rp13.000/kg, kata dia, harga beras kualitas medium kembali merangkak naik menjadi Rp14.000/kg, kemudian Rp14.500/kg, dan sejak dua pekan terakhir bertahan sebesar Rp15.000/kg.
"Saya kulakannya sebesar Rp14.200/kg untuk dijual dengan harga Rp15.000/kg. Dulu waktu harganya masih sebesar Rp10.000/kg, harga kulakannya cuma Rp9.000/kg, sehingga keuntungannya lebih besar," katanya.
Baca juga: 53.876 warga Kudus terima bantuan beras 10 kg
"Kami optimistis harga beras bisa segera turun, apalagi saat ini sebagian wilayah Maos dan Sampang sedang panen, disusul kecamatan lainnya," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Cilacap M Wijaya di Cilacap, Rabu.
Disinggung mengenai harga eceran beras kualitas medium yang telah mencapai Rp15.000 per kilogram, dia mengaku terkejut karena hal itu tidak mungkin terjadi di Cilacap yang merupakan salah satu lumbung padi Jawa Tengah.
Menurut dia, selama ini Pemkab Cilacap telah bekerja sama dengan Perum Bulog Cabang Banyumas dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto untuk menggelar operasi pasar dalam rangka mengendalikan harga beras di pasaran.
"Titik-titiknya kami pantau. Kami bisa melaksanakan operasi pasar itu satu minggu bisa tiga kali, hari Sabtu, Minggu, dan Senin, sekali operasi sekitar 4 ton," katanya.
Selain itu, kata dia, Pemkab Cilacap telah meminta badan usaha milik petani (BUMP) setempat untuk memasok beras ke pasar umum dengan harga yang lebih murah.
Bahkan, lanjut dia, penyaluran bantuan pangan cadangan beras pemerintah juga dilakukan di Cilacap.
"Makanya tidak masuk akal kalau kemudian harga beras naik lagi. Apalagi kita surplus 300 ribu ton per tahun, itu kalau dua musim tanam, kalau tiga musim tanam bisa mencapai 350 ribu hingga 400 ribu ton per tahun," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui ketika masa panen tiba, truk-truk milik pengusaha dari luar daerah berdatangan ke Cilacap untuk membeli gabah hasil panen petani.
Menurut dia, pihaknya tidak mungkin meminta para pedagang dari luar daerah itu untuk pergi karena mereka berani membeli gabah dengan harga yang tinggi.
"Jadi, kami itu sebenarnya dilematis, kita 'kan produsen aslinya. Kalau yang namanya produsen mesti ingin harganya tinggi, konsumen ingin harganya rendah, logikanya seperti itu," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan Pemkab Cilacap melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat terus berupaya mengendalikan inflasi yang merupakan program nasional.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan terus memantau perkembangan harga beras di pasaran dan melaporkannya ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar dapat dilakukan operasi pasar jika dalam tiga pekan tidak terjadi penurunan. "Insyaallah nanti sebentar lagi turun 'lah, pasti turun," kata Wijaya menegaskan.
Salah seorang pedagang di Pasar Sidodadi, Hartini mengatakan harga beras medium saat ini mencapai Rp15.000 per kilogram. "Mungkin nanti saat panen raya, insyaallah harganya turun. Semoga bisa turun," katanya.
Pedagang beras lainnya, Wati mengatakan kenaikan harga beras kualitas medium tersebut berlangsung secara bertahap sejak melonjak dari sebelumnya yang berada di kisaran Rp10.000/kg menjadi Rp13.000/kg.
Setelah bertahan cukup lama di kisaran Rp13.000/kg, kata dia, harga beras kualitas medium kembali merangkak naik menjadi Rp14.000/kg, kemudian Rp14.500/kg, dan sejak dua pekan terakhir bertahan sebesar Rp15.000/kg.
"Saya kulakannya sebesar Rp14.200/kg untuk dijual dengan harga Rp15.000/kg. Dulu waktu harganya masih sebesar Rp10.000/kg, harga kulakannya cuma Rp9.000/kg, sehingga keuntungannya lebih besar," katanya.
Baca juga: 53.876 warga Kudus terima bantuan beras 10 kg