Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengembangkan Museum Patiayam yang memiliki koleksi ribuan fosil purba agar semakin menarik untuk dikunjungi sekaligus menjadikannya sebagai objek wisata edukasi.
"Untuk itu tata kelolanya perlu ditingkatkan sehingga orang ke sini bisa lebih nyaman dan bisa menarik lebih banyak pengunjung," kata Penjabat Bupati Kudus, Muhamad Hasan Chabibi, Senin.
Didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah di sela-sela mengunjungi Museum Patiayam Kudus ia menyebut perlu ada upaya agar museum itu memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi masyarakat dan pelajar.
Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus diminta mengupayakan agar para pelajar SD dan SMP di sekitar Kudus secara rutin mengunjungi museum tersebut.
Informasi yang tersaji di museum itu bisa menjadi bahan pengayaan dalam proses belajar di sekolah. Apalagi Kurikulum Merdeka memungkinkan orang lebih fleksibel dalam mempelajari banyak hal.
"Museum Patiayam ini juga kaya informasi dan kaya sejarah, sehingga wajib diketahui peserta didik, terutama di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Terkait tata kelolanya, Pemkab Kudus juga sudah menghubungi Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait upaya pemkab mengembangkan Museum Patiayam.
"Semoga dengan relasi yang baik dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan bisa membuat tata kelola museum ini menjadi lebih baik lagi," ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah menambahkan, Museum Patiayam memiliki sekitar 10.147 fragmen, sedangkan yang dipamerkan melalui ruang pamer di museum baru 200-an saja.
Adapun fosil yang ditemukan di Situs Patiayam, mulai dari Stegodon Trigonochepalus (gajah purba), Elephas Sp (juga sejenis gajah purba), Ceruss Zwaani dan Cervus Lydekkeri Martin (sejenis rusa), serta Rhinoceros Sondaicus (badak).
Kemudian ada Brachygnatus Dubois (babi), Felis Sp (macan), Bos Bubalus Palaeokarabau (sejenis kerbau), Bos Banteng alaeosondaicus, serta Crocodilus sp (buaya), hingga kapak genggam atau chopper.
Dalam rangka menarik wisatawan terutama pelajar, kata dia, Disbudpar Kudus sudah berupaya mempromosikannya ke sekolah-sekolah dengan menggelar pameran museum secara keliling ke sekolah-sekolah.
"Harapannya masyarakat atau pelajar akan tertarik berkunjung ke museum sebagai sarana menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi baru," ujarnya.
Baca juga: Museum Batik sumbang Rp173 juta untuk PAD Kota Pekalongan
"Untuk itu tata kelolanya perlu ditingkatkan sehingga orang ke sini bisa lebih nyaman dan bisa menarik lebih banyak pengunjung," kata Penjabat Bupati Kudus, Muhamad Hasan Chabibi, Senin.
Didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah di sela-sela mengunjungi Museum Patiayam Kudus ia menyebut perlu ada upaya agar museum itu memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi masyarakat dan pelajar.
Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus diminta mengupayakan agar para pelajar SD dan SMP di sekitar Kudus secara rutin mengunjungi museum tersebut.
Informasi yang tersaji di museum itu bisa menjadi bahan pengayaan dalam proses belajar di sekolah. Apalagi Kurikulum Merdeka memungkinkan orang lebih fleksibel dalam mempelajari banyak hal.
"Museum Patiayam ini juga kaya informasi dan kaya sejarah, sehingga wajib diketahui peserta didik, terutama di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Terkait tata kelolanya, Pemkab Kudus juga sudah menghubungi Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait upaya pemkab mengembangkan Museum Patiayam.
"Semoga dengan relasi yang baik dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan bisa membuat tata kelola museum ini menjadi lebih baik lagi," ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah menambahkan, Museum Patiayam memiliki sekitar 10.147 fragmen, sedangkan yang dipamerkan melalui ruang pamer di museum baru 200-an saja.
Adapun fosil yang ditemukan di Situs Patiayam, mulai dari Stegodon Trigonochepalus (gajah purba), Elephas Sp (juga sejenis gajah purba), Ceruss Zwaani dan Cervus Lydekkeri Martin (sejenis rusa), serta Rhinoceros Sondaicus (badak).
Kemudian ada Brachygnatus Dubois (babi), Felis Sp (macan), Bos Bubalus Palaeokarabau (sejenis kerbau), Bos Banteng alaeosondaicus, serta Crocodilus sp (buaya), hingga kapak genggam atau chopper.
Dalam rangka menarik wisatawan terutama pelajar, kata dia, Disbudpar Kudus sudah berupaya mempromosikannya ke sekolah-sekolah dengan menggelar pameran museum secara keliling ke sekolah-sekolah.
"Harapannya masyarakat atau pelajar akan tertarik berkunjung ke museum sebagai sarana menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi baru," ujarnya.
Baca juga: Museum Batik sumbang Rp173 juta untuk PAD Kota Pekalongan