Magelang (ANTARA) - Arak-arakan dari Museum dan Cagar Budaya (MCB) Warisan Dunia Borobudur ke Lapangan Randu Alas, Desa Tuksongo mewarnai peringatan 32 tahun Candi Borobudur sebagai warisan dunia.

Koordinator MCB Warisan Budaya Borobudur Wiwit Kasiyati di Magelang, Senin, mengatakan arak-arakan ini keinginan masyarakat Borobudur.

"Jadi mereka yang punya ide termasuk arak-arakan ini dengan ciri khas kesenian dayakan, karena informasi dayakan lahir di Borobudur," katanya.

Selain kesenian dayakan, juga dibawa air dalam satu kendi dari 23 desa, yakni 20 dari Borobudur dan tiga desa dari Kecamatan Mungkid.



Candi Borobudur ditetapkan sebagai warisan dunia, waktu itu pada 13 Desember 1991, kemudian perayaannya bernama Argya Abidhaya dari bahasa Sansekerta yang artinya adalah perayaan budaya leluhur.

"Kita menginginkan masyarakat ikut merayakan peringatan ini karena bagaimanapun juga Candi Borobudur sebagai warisan dunia secara fisik masyarakat yang memiliki potensi seni, budaya ini harus sama-sama kita kuatkan," katanya.

Kedua hal ini Candi Borobudur sebagai fisik dan potensi masyarakat itu bagian dari objek pemajuan kebudayaan, sudah diatur di UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2017.

"Kita wajib untuk mengangkat kembali potensi-potensi yang dimiliki desa," katanya.

Di Lapangan Randu Alas, di dalamnya ada Pasar Mbuduran ada makanan khas dari masing-masing desa, pagelaran seni dan budaya.

"Kesenian rakyat yang ada di kawasan Borobudur dan juga potensi yang dimiliki di antaranya kuliner kemudian juga kriya dan lokakarya seniman Borobudur," katanya.

Pada tanggal 9-10 Desember 2023 juga ada kegiatan di Taman Aksobya Borobudur berupa pagelaran seni dan musik dan tata cahaya.*

Baca juga: Candi Borobudur rayakan 32 tahun sebagai situs Warisan Dunia

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024