Demak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengajak masyarakat di daerah itu untuk ikut terlibat dalam mengkampanyekan bahaya dan penularan penyakit "human immunodeficiency virus" dan "acquired immunodeficiency syndrome" (HIV/AIDS).

"Mari sama-sama memerangi penyakit mematikan tersebut. Semua pihak perlu terlibat dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS, dengan harapan temuan kasusnya nanti semakin menurun," kata Bupati Demak Eisti'anah didampingi Pelaksana tugas Kabag Kesra Setda Demak Ungguh Prakoso ditemui usai menghadiri acara Sosialisasi Kewaspadaan Perilaku LGBT dan Penanggulangan HIV/AIDS di Pendopo Kabupaten Demak, Senin.

Apalagi, kata dia, kasus penyebaran HIV/AIDS tidak hanya terjadi akibat hubungan seksual sebelum menikah saja, melainkan disebabkan pula karena perilaku seksual menyimpang, seperti lelaki sama lelaki.

Kelompok yang berisiko tinggi terjadi penularan akibat perilaku seksual menyimpang, di antaranya lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

"Mayoritas agama tentu melarang LGBT, termasuk Islam yang jelas melarang. Untuk itu, kami hadirkan guru bimbingan konseling (BK) hadir dalam diskusi HIV/AIDS agar ikut memeranginya, terutama ketika ada siswa yang memiliki perilaku menyimpang segera ditangani dan diobati," ujarnya.

Apalagi, kata dia, temuan kasus HIV di Kabupaten Demak semakin meningkat, bahkan ada laporan temuan kasus dari lembaga pendidikan sehingga semua pihak perlu bersama-sama memeranginya agar tidak meluas.

Plt Kabag Kesra Setda Demak Ungguh Prakoso dalam laporannya menyebutkan bahwa kasus HIV hingga September 2023 mencapai 847 kasus, sedangkan tahun sebelumnya tercatat hanya 732 kasus.

"Dari ratusan temuan kasus HIV tersebut, sekitar 155 kasus diantaranya dialami usia remaja. Agar tidak tertular, maka jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah, setia kepada pasangan yang tidak terinfeksi HIV/AIDS, dan hindari penggunaan jarum suntik bergantian dan tidak steril," ujarnya.

Sementara itu, pembicara Ifada Nur Rohmania yang merupakan psikolog sekaligus Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Tulungagung mengungkapkan bahwa penularan terbesar HIV/AIDS berasal dari transmisi seksual yang persentasenya mencapai 90 persenan.

Untuk itulah, kata dia, perlu ada edukasi terhadap kelompok berisiko tinggi demi menyelamatkan pupulasi yang lebih besar.

Adapun populasi rentan tertular HIV/AIDS, yakni pelanggan seks, anak dari ibu hamil terjangkit HIV, dan pasangan diskordan atau salah satunya mengidap HIV/AIDS. Sedangkan populasi berisiko yang juga menjadi populasi kunci, yakni pengguna napza suntik, waria, gay, pekerja seks perempuan, warga binaan permasyarakatan (WBP), dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024