Semarang (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Semarang menyampaikan bahwa program urban farming  atau pertanian perkotaan sebenarnya mengajarkan semangat gotong royong yang menjadi nilai Pancasila.

"Jadi, P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) ini untuk membentuk pelajar yang punya karakter Pancasila," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bambang Pramusinto di Semarang, Rabu.

Hal tersebut disampaikan saat Panen Karya Projek, sekaligus Promosi Pangan Lokal Enak dan Bergizi (Pisang Legi) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 39 Semarang.

Bambang menjelaskan bahwa gotong royong yang menjadi warisan budaya nenek moyang harus ditanamkan kepada generasi muda melalui berbagai kegiatan, seperti pertanian perkotaan.

Di dalam kegiatan pertanian perkotaan di sekolah, kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang itu, para siswa akan saling bergotong royong dalam merawat tanaman yang ada dan memanfaatkan hasilnya saat panen.

"Di era digital ini anak-anak tidak boleh disibukkan dengan gadget. Anak-anak harus berinteraksi dengan teman-temannya lewat P5 ini. Termasuk dikenalkan urban farming karena maknanya ada gotong royong," katanya.

Karena itu, kata dia, program Pisang Legi juga turut dikenalkan kepada siswa agar mereka tidak terlalu bergantung dengan beras sebagai komoditas pangan utama, dan mencari alternatif pengganti beras.

"Pisang Legi ini dikenalkan kepada anak-anak untuk bisa mengolah pangan alternatif non beras dan non terigu. Ini penting supaya ketika dewasa mereka terbiasa dengan pangan pengganti beras," katanya.

Menurut dia, P5 bisa diimplementasikan dalam berbagai tema, misalnya melatih nilai demokrasi melalui penyelenggaraan pemilihan ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) lewat pemungutan suara.

"P5 ini temanya macam-macam. Misalnya melatih anak terbiasa melakukan sesuatu secara demokrasi, terus milih ketua OSIS lewat pencoblosan. Jadi, masing-masing sekolah ambil tema masing-masing. Bisa satu atau lebih," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi SMPN 39 Semarang yang telah menerapkan program pertanian perkotaan yang mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab dan bergotong royong.

Hasil dari pertanian perkotaan di sekolah, kata Ita, sapaan akrab Hevearita, nantinya bisa juga didistribusikan melalui badan usaha milik petani (BUMP) yang sudah ada dan dimanfaatkan.

Di sisi lain, ia juga mengapresiasi inovasi-inovasi dan kreatifitas para siswa SMPN 39 yang mampu mengolah limbah plastik yang tidak terpakai menjadi barang yang memiliki nilai jual.

Selain kreatifitas, kata dia, kegiatan tersebut juga menumbuhkan semangat gotong-royong dan saling membantu antarsiswa, sebagaimana salah satu upaya mengimplementasikan P5.

"Ada limbah plastik dari tutup botol, dan sebagainya diubah menjadi karya, mainan tradisional. Tentu mereka bisa melakukan inovasi dan menjadi edukasi. Ada juga pembelajaran demokrasi, dengan edukasi-edukasi," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024