Cilacap (ANTARA) - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Ngudi Rahayu", Desa Mernek, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang merupakan binaan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos meluncurkan wahana Main Bina Ilmu dan Teknologi Kawasan Wisata Pertanian (Mabit Kawista).
"Kami memperkenalkan wisata edukasi pertanian di Kawasan Wisata Pertanian Desa Mernek," kata Ketua BUMDes "Ngudi Rahayu" Heriyanto di sela kegiatan peluncuran di Kawista Desa Mernek Kecamatan Maos, Cilacap, Sabtu.
Dalam hal ini, kata dia, mengedukasi anak-anak dan pelajar tentang bagaimana bercocok tanam padi, mulai dari memilih benih, menanam hingga panen.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga memberikan edukasi mengenai peternakan kambing serta budidaya buah melon secara hidroponik di dalam "green house".
Sementara itu, Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mengatakan Kawista Desa Mernek sebenarnya telah diluncurkan pada tahun 2020 namun perjalanannya terdampak pandemi COVID-19.
Ia mengatakan seiring dengan berakhirnya pandemi, Kawista Desa Mernek bangkit kembali dengan berbagai perbaikan serta penambahan sarana dan prasarana, antara lain jalur pengunjung tidak lagi menggunakan jembatan bambu karena dinilai cepat rusak.
"Saat ini, kami tawarkan Mabit-nya, Main Bina Ilmu dan Teknologi. Jadi, anak-anak atau pelajar dapat bermain sambil belajar tentang pertanian, dan ini juga mendukung Program Merdeka Belajar," jelasnya.
Supervisor Health Safety Security and Environment (HSSE) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos Faries Fardian A mengatakan Kawista Desa Mernek merupakan salah satu bentuk program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) Pertamina FT Maos di bidang pertanian.
"Kami melihat bahwasanya petani ini 'kan sudah sangat jarang diminati. Jadi, petani itu singkatan dari penyangga tatanan negeri," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, petani merupakan salah satu penyokong yang menghasilkan sumber pangan bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kawista diharapkan bisa menjadi salah satu potret untuk membangkitkan petani-petani muda yang ada di Kabupaten Cilacap.
"Jadi di Kawista ini, anak-anak kecil, anak-anak TK, SD, SMP, SMA, bahkan yang kuliah pun bisa belajar mengenai sebuah siklus padi mulai dari bibit, tanam, kemudian sampai dipanen," katanya.
Secara kebetulan, kata dia, inovasi yang dikembangkan di Kawista sangat banyak seperti persiapan tanah menggunakan pupuk khusus yang menggunakan cangkang telur dan cangkang kerang, sehingga menghasilkan tanah yang subur dan siap ditanami.
Dengan demikian jika tanahnya subur, lanjut dia, hasil panennya pun akan menjadi bagus.
"Biasanya kalau di sini 1 hektare cuma 5 ton, sekarang bisa sampai 7 ton," katanya.
Ia mengatakan inovasi lainnya berupa pemanfaatan jamur keberuntungan abadi yang digunakan dalam pembesaran.
Menurut dia, jamur tersebut berfungsi untuk membesarkan tanaman padi agar bulir-bulir padinya lebih banyak.
"Di sini juga ada inovasi yang disebut pinky rudal, yakni berupa pengering padi siasat perubahan iklim untuk ketahanan pangan lokal," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, pinky rudal merupakan alat kustom untuk mengeringkan padi yang dapat digunakan petani berapa pun volume padinya tanpa melihat jumlah minimal.
Menurut dia, petani tidak harus mengeringkan padi minimal 5 ton atau 10 ton karena kurang dari 1 ton tetap bisa menggunakan pinky rudal tersebut.
"Pinky rudal sangat fleksibel karena dihitungnya per kilogram," katanya.
Kendati dikelola oleh BUMDes, Faries mengatakan program Kawista tersebut merupakan kolaborasi antara Pertamina, pemerintah desa, kecamatan, dan beberapa dinas terkait.
Baca juga: Pemkab catat jumlah BUMDes di Kudus bertambah
"Kami memperkenalkan wisata edukasi pertanian di Kawasan Wisata Pertanian Desa Mernek," kata Ketua BUMDes "Ngudi Rahayu" Heriyanto di sela kegiatan peluncuran di Kawista Desa Mernek Kecamatan Maos, Cilacap, Sabtu.
Dalam hal ini, kata dia, mengedukasi anak-anak dan pelajar tentang bagaimana bercocok tanam padi, mulai dari memilih benih, menanam hingga panen.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga memberikan edukasi mengenai peternakan kambing serta budidaya buah melon secara hidroponik di dalam "green house".
Sementara itu, Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mengatakan Kawista Desa Mernek sebenarnya telah diluncurkan pada tahun 2020 namun perjalanannya terdampak pandemi COVID-19.
Ia mengatakan seiring dengan berakhirnya pandemi, Kawista Desa Mernek bangkit kembali dengan berbagai perbaikan serta penambahan sarana dan prasarana, antara lain jalur pengunjung tidak lagi menggunakan jembatan bambu karena dinilai cepat rusak.
"Saat ini, kami tawarkan Mabit-nya, Main Bina Ilmu dan Teknologi. Jadi, anak-anak atau pelajar dapat bermain sambil belajar tentang pertanian, dan ini juga mendukung Program Merdeka Belajar," jelasnya.
Supervisor Health Safety Security and Environment (HSSE) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos Faries Fardian A mengatakan Kawista Desa Mernek merupakan salah satu bentuk program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) Pertamina FT Maos di bidang pertanian.
"Kami melihat bahwasanya petani ini 'kan sudah sangat jarang diminati. Jadi, petani itu singkatan dari penyangga tatanan negeri," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, petani merupakan salah satu penyokong yang menghasilkan sumber pangan bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kawista diharapkan bisa menjadi salah satu potret untuk membangkitkan petani-petani muda yang ada di Kabupaten Cilacap.
"Jadi di Kawista ini, anak-anak kecil, anak-anak TK, SD, SMP, SMA, bahkan yang kuliah pun bisa belajar mengenai sebuah siklus padi mulai dari bibit, tanam, kemudian sampai dipanen," katanya.
Secara kebetulan, kata dia, inovasi yang dikembangkan di Kawista sangat banyak seperti persiapan tanah menggunakan pupuk khusus yang menggunakan cangkang telur dan cangkang kerang, sehingga menghasilkan tanah yang subur dan siap ditanami.
Dengan demikian jika tanahnya subur, lanjut dia, hasil panennya pun akan menjadi bagus.
"Biasanya kalau di sini 1 hektare cuma 5 ton, sekarang bisa sampai 7 ton," katanya.
Ia mengatakan inovasi lainnya berupa pemanfaatan jamur keberuntungan abadi yang digunakan dalam pembesaran.
Menurut dia, jamur tersebut berfungsi untuk membesarkan tanaman padi agar bulir-bulir padinya lebih banyak.
"Di sini juga ada inovasi yang disebut pinky rudal, yakni berupa pengering padi siasat perubahan iklim untuk ketahanan pangan lokal," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, pinky rudal merupakan alat kustom untuk mengeringkan padi yang dapat digunakan petani berapa pun volume padinya tanpa melihat jumlah minimal.
Menurut dia, petani tidak harus mengeringkan padi minimal 5 ton atau 10 ton karena kurang dari 1 ton tetap bisa menggunakan pinky rudal tersebut.
"Pinky rudal sangat fleksibel karena dihitungnya per kilogram," katanya.
Kendati dikelola oleh BUMDes, Faries mengatakan program Kawista tersebut merupakan kolaborasi antara Pertamina, pemerintah desa, kecamatan, dan beberapa dinas terkait.
Baca juga: Pemkab catat jumlah BUMDes di Kudus bertambah